Cari Blog Ini

Kamis, 21 April 2011

Riwayat Hidup Soekarno

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soekarno adalah manusia luar bisa yang pernah di lahirkan oleh ibu pertiwi, dan Soekarno adalah Fauding Father, orator ulang, berwibawa, karismatik, cendekiawan, ideolog, dan bahkan sosok yang sempurna sebagai pemimpin bangsa. Sebagai sosok yang menjadi pujaan dalam akhir perjalanan yang tidak menyenangkan bahkan ironis. Sebagai bapak pendiri bangsa, Soekarno harus menghadapi realitas dan rivalitas politik yang sangat menyakitkan, dan harus berakhir pada ironi kehidupan yang sangat menyesahkan. Di buang, di peras, di tendang dan di campakkan begitu saja oleh penguasa orde baru harus ia terima hingga akhir menjelang. Tidak ada penghormatan selayaknya pada sisi manusiawi Soekarno yang tengah di landa penyakit yang begitu takut hingga ajal menjemputnya; tidak ada penghormatan terhadap sisi perjuangan dan sumbang sihnya yang teramat basar bagi kemerdekaan negeri ini dari kolonialisme dan imperialisme dan kenyataannya Soekarno harus jatuh kelobang kehinaan akibat intrik politik yang sangat terdensius hingga akhir hayatnya pun harus berpulang ketiadaan respek terhadap bapak pendiri banga.
Oleh karena itu sangat sayang kiranya kita sebagai putra-putri bangsa Indonesia sang penerus bangsa tidak mengetahui sosok pendiri bangsa ini yang begitu di puja, dicinta, dan di rindukan oleh bangsa. Karena kegigihannya, keuletannya, demi mempertahankan dan memerdekakan bangsa Indonesia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul paper ini, penulis membatasi dan mengkaji beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kehidupan Soekarno?
2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran Soekarno pada masa perjuangan?
3. Tragedi wafatnya Soekarno?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagaimana judul yang telah di tentukan dalam penulisan paper, demikian tujuan penulis sebagai berikut:
1. Untuk lebih mengetahui betapa pentingnya sejarah tentang Sorkarno
2. Untuk mengetahui betapa banyaknya sejarah di Indonesia
3. Untuk membangkitkan generasi muda Indonesia agar bisa mempertahankan Indonesia selayaknya Bung Karno
4. Untuk mencari muda berbakat Indonesia agar berprilaku, bersikap, bersosial dan memiliki jiwa kepemimpinan seperti Bung Karno.
D. Metodelogi Penulisan
Dalam kesempatan ini, penulis tidak sekedar menulis dan menyusun akan tetapi penulis mempunyai metode tersendiri. Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan metode pustaka, metode ini merupakan cara dengan mendeskripsikan dan menganalisis tulisan. Penulis menyimpulkan hasil analisa yang bersumber pada buku-buku yang telah di baca serta mendeskripsikannya dalam tulis.
E. Sistematika penulisan
Dalam penyusunan paper ini, penulis menggunakan metode secara sistematis yangb terdiri atas empat bab yaitu:
Bab I: PENDAHULUAN]
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan dan perbatasan masalah, tujuan penulisan, metodelogi penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II: RIWAYAT HIDUP SOEKARNO
Bab ini merupakan sebuah penjelasan latar belakng Soekarno, baik di tinjau dari sosialnya maupun intelaktualnya.
Bab III: PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SOEKARNO
Bab ini merupakan inti dari sejarah Soekarno pada masa perjuangannya dan pemikiran-pemikiran Soekarno terdiri dari sepiritualits, nasionalisme dan damokrasi, berdikari, Anti kolonialisme, Anti Elitisme, persatuan nasional, marhaenisme, dan pancasila.
Bab IV: PENUTUP
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.





BAB II
RIWAYAT HIDUP SOEKARNO

A. Latar Belakang Sosial
Soekarno lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, Jawa timur, pada 6 juni 1901. Ejaan nama Soekarno tak penah di ubah olehnya. Dia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya yang tercantum dalam teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di beberapa negara barat, nama Soekarno kadang-kadang di tulis Ahmad Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika dia pertama kali berkunjung ke Amerika serikat (AS), sejumlah wartawan bertanya “siapa nama kecil Soekarno?” pertanyaan itu muncul karena mereka tidak mengerti kebiasan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagai mana, seorang lalu menambahkan nama Ahmad di depan nama Soekarno.
Semula namanya adalah Kusno Sosradiharjo. Tapi, karena kusno kecil sering sakit-sakitan, maka namanya di ganti menjadi Soekarno. Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosradiharjo, seorang guru kelahiran probolinggo, jawa timur, dan ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai yang lahir serta merupakan kerabat seorang bangsawan di singa raja, Bali.
Menurut ibunya, kelahiran Soekarno di waktu fajar memiliki makna khusus. Kata Soekarno, ibunya pernah mengatakan: “kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, entgkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing. Kita orang jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang di lahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah di takdirkan terlebih dulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra dari sang fajar.”
Tanggal kelahiran Soekarno pun di pandangnya sebagai bertanda nasib baik. Dia mengatakan: “hari lahirku di tandai oleh angka serba enam. Tanggal enam bulan enam adalah menjadi nasib yang paling baik untuk di lahirkan dengan bintang Gemini, lambang kekembaran”. Soekarno melihat dirinya yang terdiri dari dua sifat yang berlawanan sebagai satu kemungkinan bertanda nasibnya di dunia politik." Karena aku terdiri dari dua belahan, aku dapat memperlihatkan segala rupa; aku dapat mengerti segala pihak; aku memimpin semua orang. Boleh jadi ini secara kebetualan bersamaan. Boleh juga pertanda lain, akan tetapi, kedua belahan dari waktuku itu menjadikanku seorang yang merangkul semuanya.”
Kejadian lain yang di anggap bertanda nasib oleh Soekarno adalah meletusnya gunung kelud ketika dia lahir. Mengenai hal ini, dia menyatakan: “orang yang percaya kepada takhayul meramalkan, ‘ini adalah penyambutan terhadap bayi soekarno”. Selain itu penjelasan tentang penggantian nama Kusno menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri soekarno kecil tentang dirinya sebagai calon pejuang dan pahlawan bangsanya. Kepercayaan akan pertanda-pertanda yang muncul di hari kelahirannya memberi semacam gambaran masa dalam benak soekarno sejak masa kecilnya.
Pada masa kecil soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung pada usia 14 tahun, seorang kawan ayahnya Haji Oemar Said Tjokroaminoto mengajaknya tinggal di surabaya dan di sekolahkan ke Hoogere Burger School (HBS). Soekarno pada awal abad ke-20, ketika kolonialisme- imperalisme Belanda memulai pembaruan politik etis di Hindia Belanda. Tak heran jika dia bisa bersekolah dengan cukup baik. Di Surabaya, soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin sarekat Islam, organisasi yang di pimpin Tjokroaminoto saat itu. Kemudian dia bergabung dengan organisasi Jong Java (pemuda jawa). Jong Java adalah organisasi pemuda yang semula bernama Tri Koro Darmo.
Semasa sekolah di HBS, Soekarno mulai menulis artikel politik melawan kolonialisme Belanda di Surat kabar pimpinan Tjokroaminoto yaitu Oetoesan Hindia. Karakter revolusioner Soekarno terbentuk dari rangkaian penderitaan hidup yang di alaminya. Soekarno muda tumbuh menjadi seorang yang penuh perasaan cinta kepada sesama, terutama kepada golongan yang tertindas dan terhisap. Pada saat yang sama, dia juga menjadi orang yang membenci penindasan. Hal ini terlihat jelas dalam penuturannya kepada Cindy Adams yang kemudian menuliskannya dalam buku Soekarno penjambung Lidah Rakyat Indonesia. Riwayat hidup Soekarno sendiri memperlihatkan bagaiman gambaran dirinya di masa depan dan persepsinya tentang Indonesia yang kemudian menggerakannya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Selamat HBS pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Fechnische Hoge School (sekaran ITB) di Bandung, dan tanat pada tahun 1925. Ketika kuliah di Bandung, dia berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Dowes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Setamatnya di HBS, Soekarno menolak menjadi pegawai pemerintah kolonial pada 4 juli 1927, dia bersama Mr. Sartono, Ir. Anwari, Mr. Sunaryo dan lain-lain.
Sejak masih beliau, usia 15-an tahun, Soekarno sudah di gemleng dalam kawah candra di mukanya nasionalisme. Dalam usianya masih “ijo” Soekarno sudah di masak di dapurnya nasionalisme. H.O.S Cokroaminoto menempa Soekarno dengan wawasan nasionalisme wawasan cinta tanah air. Cokropula yang membukakan matanya ihwal kemeralatan rakyat Indonesia. Cokropula yang membuka hati dan otaknya untuk bisa melihat secara jernih kehidupan bangsa Indonesia yang sudah dijajah Belanda ratusan tahun. Sebagai pelajar, Bung Karno harus bermain cantik dalam setiap aksi dan kegiatan yang sekira dapat di anggap atau setidaknya patut di nilai menentang pemerintah Hindia dan Belanda. Sebab, jika ketahuan melanggar, sanksinya jelas, bukan saja sanksi hukuman fisik, tetapi yang lebih ia takutkan adalah larangan bersekolah alias di –DO dari HBS, tempatnya menimba ilmu di Surabaya. Karenanya, dalam semua tulisannya Soekarno menggunakan nama samaran Bima. Nama Bima di ambil dari tokoh pewayangan epos Mahabharata. Bima adalah putra kedua pandu Dewanta. Dalam dunia wayang, Bima atau Wrekodara adalah penegak pandawa. Kakaknya Yudistira sedangkan tiga adiknya adalah Arjuna, dan Kembar Nakula-Sadewa. Bima adalah sosok kesatria pemberani, prajurit besar sekaligus seorang pahlawan.
Dalam biografinya, Bung karno menyebutkan, tak kurang dari 500 artikel yang ia tulis dan di terbitkan di majalah Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima. Tulisan-tulisan Bima cukup menggemparkan kalangan rakyat pro kemerdekaan. Tulisan-tulisan Bima menjadi perbincangan di seluruh pelosok negeri, utamanya jawa, dan lebih spesifik, jawa timur. Itu karena Bima dalam setiap tulisannya mengangkat realita kehidupan rakyat yang terjajah di satu sisi, dan kerakusan pemerintah Hindia Belanda di sisi lain dalam menguras sumber daya alam, tanpa sedikitpun menyisakan bagi kesejahteraan rakyat, pewaris negri yang sah.
Ayah-ibunya, Raden Soekemi dan Idayu pun turut memperbincangkan tulisan-tulisan Bima. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengira bahwa Bima sang penulis, tak lain adalah putra kesayangan yang mereka idam-idamkan menjadi pemimpin kelak. Bung Karno sendiri sadar, muncul pada usia dini dengan pemikiran-pemikiran radikal hanya akan memupus kesempatannya menimba ilmu lebih lanjut. Sebab, pemerintahan penjajah Hindia Belanda tidak akan segan-segan menyerang siapapun bahkan membunuh Inlader yang berani menyebarkan benih-benih kebencian trerhadap pemerintahan kolonial itulah Bima sang penulis. “Bima” yang berusia belasan tahun mampu merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, menjadi narasi politik yang menggemparkan.
Soekarno adalah sosok yang luar biasa. Tidak heran jika para pengamat mengatakan bahwa selama 100 tahun belum tentu di Indonesia lahir seorang tokoh seperti Soekarno. Dia adalah pemimpin besar, orator hebat, juga diplomat yang ulung. Dia telah memberikan asas, metode, dan tujuan perjuangan kebangsaan selama kurun waktu tahun 1928-1929.
Seorang tokoh besar seperti Soekarno memang menjadi bahan kajian yang tidak pernah habis dan membosankan. Selalu ada unsur dan polemik baru yang lahir dari tokoh ini di sepanjang karier politiknya. Masa pendidikan politik, Soekarno di bentuk di dua Kota berbeda yang mengenalkannya pada dua ideologi modern, yaitu sosialisme dan nasionalisme. Di Surabaya, Soekarno mengaku pertama kali mengenal Marxisme melalui Alimin ketika dia tinggal di asrama. Di asrama ini, dia juga mengenal Muso, Semaun dan Darsono. Mereka adalah orang-orang kiri yang kelak mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kepindahan Soekarno ke Bandung pada Juni 1921 untuk masuk ke Technische Hoogeschool membawanya berkenalan dan menyerap nasionalisme radikal dari Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker.
Sosok Soekarno menampakan cita dan citranya sebagai manusia yang menyimpan aneka bakat, pengagum keindahan, pemerhati kesenian, dan pencipta seni. Minat dan bakatnya pada duia seni sudah tampak sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Soekarno memiliki sembilan orang istri dan delapan orang anak putra maupun putri adapun salah satu istrinya yang bernama Hartini. Dia adalah satu-satunya istri yang berada di samping ketika Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Soekarno wafat pada Selasa, 16 Juni 1970.


B. Latar Belakang Intelektual
Pada tahun 1930 Soekarno di tahan oleh pemerintah Kolonial Belanda dan kemudian di jatuhi hukuman selama 4 tahun di penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember 1929 karena intensitas kegiatan politiknya. Delapan bulan kemudian, kasusnya di sidang. Dalam pembelaannya di Landraad, Bandung yang berjudul “Indonesia Menggugat”, Soekarno menegaskan perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda. Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI dibubarkan. Pidato pembelaannya menggerakan dunia internasional. Akibatnya, pemerintah kolonial pada 31 Desember 1931 terpaksa membebaskan Soekarno sebelum Massa hukumannya selesai.
Setelah bebas dari penjara Sukamiskin, Soekarno masuk ke Pertindo (partai Indonesia), dan memimpin majalah partai yang radikal yaitu Fikiran Rakyat. Akibat aktivitasnya itu, dia kembali di tangkap Belanda dan di buang ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Pada tahun 1938, dia di pindahkan ke Bengkulu. Di Ende, Soekarno mendirikan perkumpulan sandiwara yang di beri nama Kelimutu, dan sempat mementaskan cerita. Cerita karangannya, seperti Dr. Syetan dan 1945. Kegiatan itu di teruskan di Bengkulu. Bahkan di tempat pengasingan yang baru itu dia aktif dalam kegiatan pendidikan lewat Muhammadiyah.
Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang di sebutnya “Pancasila”. Lalu pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya, dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18 Agustus 1945, Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada masa pemerintahannya, dia turut mengusahakan persatuan Nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan mengadakan Konperensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi gerakan Non Blok.
Setelah G 30 S pada tahun 1956. Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemart) yang kemudian di anggap kontroversi. Jabatan presiden berganti dari Soekarno kepada Soeharto, Seorang Jendral Angkatan Darurat yang banyak berperan dalam penumpasan PKI (Partai Komunis Indonesia).
Soekarno mengenal politik sejak usia balasan tahun, tepatnya ketika dia bersekolah HBS di surabaya. Pada waktu itu, dia tinggal di rumah tokoh pergerakan nasional, yaitu H.O.S Tjokroaminoto. Sejak lama, dia juga mengagumi gaya pidato K.H. Ahmat Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang saat ini kerap berkunjung ke sana, kata Soekarno: “Dari pak Tjokro, aku belajar Islam dan Sosialisme. Aku menghirup lebih banyak lagi persoalan politik dan nasionalisme dari kawannya yang datang ke rumah itu”. Pada waktu itu, tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Douwes Dekker, Tjicto mangunkusumo, Sneevliet, dan Husni Thamrin, sering berkandang di rumah Tjokroaminoto di jalan Paneleh. Mereka mendiskusikan berbagai persoalan kebangsaan. Di rumah itu pula, Soekarno bergaul dengan Alimin, Muso dan Kartosuwiryo. Mereka adalah para pemuda yang kemudian menjadi pelaku-pelaku penting sejarah Indonesia.
Soekarno bahkan pernah menyebut Kartosuwiryo, kelak menjadi pemimpin DI/TII, sebagai teman makan dan mimpinya. Sementara Alimin dan Muso di anggapnya sebagai guru dalam bidang politik. Kedua orang itu kemudian pergi ke Rusia, belajar komunisme, lalu pulang ke Indonesia dan, mendirikan PKI (Partai Komunis Indonesia).
Musa kembali ke tanah air beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, dan memimpin pemberantakan PKI di madiun pada tahun 1948. Dalam peristiwa tersebut, Alimin tidak terlalu terlibat. Musa kemudian tewas, Soekarno sendiri kerap membesuk Alimin yang sakit. Sakitan di hari tuanya, walau sikap baiknya itu mendapat ancaman dari lawan-lawan politiknya. Soekarno mengaku memperdalam masalah nasionalisme dan ekonomi dari Sun Yat Sen, tokoh gerakan nasionalis china yang menerbitkan buku Son Min Chu-I. Dia juga membaca Karl Marx dan Thomas Jafferson. Mungkin hal itulah kata dia, yang menyebabkan dirinya menjadi sasaran dari berbagai salah pengertian.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang di dirikan setahun kemudian. Pada tahun 1926 pula, terbit artikelnya yang terkenal yaitu “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” yang di muat dalam Suluh Indonesia Muda. Artikel ini di tulisnya sebagai bentuk keprihatinan atas perseteruan si pimpinan Agus Salim dengan si merah (Serekat rakyat) pimpinan semaun dan kawan-kawan. Dalam artikel tersebut, Soekarno mengatakan:
“Bukan kita mengharap yang nasionalis itu supaya berubah paham jadi Islamis atau marxis, bukannya maksud kita menyuruh marxis dan islamis itu berbalik menjadi nasionalis, akan tetapi impian kita adalah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu.”
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkan di tangkap Belanda pada Desember 1929, dan memunculkan pleidoinya yang fenomenal, yaitu Indonesia Menggugat. Dia lalu di bebaskan pada 31 Desember 1931, Pada Juli 1932, Soekarno bergabung dengan pertinda, pecahan dan PNI. Namun, dia kembali di tangkap pada Agustus 1933, lalu diasingkan ke Ende, Flores. Soekarno baru kembali bebas semasa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
PNI merupakan partai politik tertua di Indonesia, partai ini di dirikan pada 4 Juli 1927 dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Isqak Tjokrohadisurjo, dan Mr. Sunario, Selain itu, para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang di ketuai oleh Soekarno, dia pun ikut bergabung dengan partai ini.
Pada tahun 1928, Perserikatan Nasional Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Setahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda menilai PNI sebagai organisasi yang membahayakan, karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan. Pemerintah kolonial lantas mengeluarkan perintah penangkapan pada 24 Desember 1929, Penangkapan baru dilakukan pada Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Sebelumnya, Soekarno berpidato di depan peserta rapat permufakatan penghimpunan politik kebangsaan Indonesia di Solo. Diatas mimbar Soekarno muda mmengepalkan tangannya. Suaranya menggelepar, mengorbankan semangat: “Imperialis, perhatikanlah! Dalam waktu yang tidak lama lagi, perang pasifik menggeledek, memenyambar-menyambar membelah angkasa. Apabila Samudra Pasifik merah oleh darah, dan bumi di sekelilingnya menggelegar oleh ledakan bom dan dinamit. Di saat itulah rakyat Indonesia menjadi bangsa yang merdeka”.
Ramalan Soekarno kemudian terbukti benar. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berkumandang 16 tahun kemudian setelah didahului perang pasifik yang amat dasyat, yang membuat Belanda tetrdepak dari tanah Nusantara dan di susul dengan kekalahan Jepang oleh sekutu. Perkiraan itu, kata Soekarno, bukan ucapan tukang tenung, bukan pula pantulan dari harapan berdasarkan keinginan belaka. Di mata Soekarno, ramalan itu adalah hasil perhitungan berdasarkan situasi revolusioner yang akan datang. Kata dia, “Aku melihat, Jepang pada waktu itu terlalu agresif.”
Pemeritahan kolonial Belanda menilai Soekarno menyebarkan kabar bohong lewat pidatonya. Dia di tuding menghasut rakyat untuk melawan pemerintah kolonial. Tak heran jika Soekarno lantas di tangkap di Yogyakarta, beberapa jam sesuai berpidato di solo tersebut. Esoknya, dengan kereta api, dia di bawa ke Bandung dan di jebloskan ke penjara. Soekarno kemudian di adili di Landroad, Bandung, bersama tiga tokoh PNI lainnya, yaitu Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadiredja, dan Supriadinata. Sidang pengadilan terhadap para tokoh yang di tangkap ini di lakukan pada 18 Agustus 1930. Dalam masa pengadilan inilah Soekarno menulis Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai pleidoi.
Dalam sidang pengadilan, Soekarno tetap yaki bahwa perang pasifik akan terjadi. Keyakinan itu jelas dia ungkapkan dalam Indonesia Menggugat. Dalam ramalannya: “Perang pasifik bukan perang kecil-kecilan. Tetapi suatu peperangan untuk soal to be or not to be. Soal hidup dan mati.” Ramalan akan meletusnya pasifik itu, kata Soekarno, buakn di pungut dari tukang ramal jalanan, melainkan buah analisis sarjana Barat terkemuka. Dia memaparkan teori-teori perang pasifik akan pecah akibat ulah Jepang yang bermaksud melancarkan revolusi di Asia.
Soekarno juga menguraikan teori perang pasifik yang di sodorkan oleh Karl Haushofer dari Universitas Munchen, Jerman, dalam bukunya yang berjudul Geopolitik des Pazifischan Ozeanss. Ramalan senada di ungkapkan oleh Ernest Reinhard, penyelidik dari Swiss, dalam buku Imperialistische Politik im Fernen Oste. Soekarno menulis dalam Indonesia Menggugat, pleidoi setebal 188 halaman itu: “Kami perlu memberitahu rakyat kami, akan adanya perang pasifik. Untuk menggugah keyakinan rakyat Indonesia akan perlu lekas-lekas menjadi bangsa yang merdeka.
Lewat pleidoinya, Soekarno menohok praktik kebobrokan kapitalisme dan imperialisme. Menurutnya, kapitalisme adalah sistem pergaulan hidup yang timbul dari Cara produksi yang memisahkan kaum buruh dengan alat-alat produksinya. Kapitalisme telah menyerat rakyat pada kemiskinan. Oleh karena itulah, dia menolak sistem kapitalisme yang di anggapnya sebagai eksploitasi manusia terhadap manusia. Soekarno jelas mengecam imperialisme yang indentik dengan kolonialisme: “Imperialisme adalah suatu paham, ia buka ambtenar, bukan pula badan apapun. Ia adalah nafsu, suatu sistem menguasai atau memengaruhi ekonomi bangsa lain. Nafsu imperialisme telah mengubah tanah-tanah Indonesia yang subur menjadi perkebunan-perkebunan yang di kuasai Belanda”.
Meski anti- kapitalisme, Soekarno tak sampai menjadi komunis. Jal itu ia katakan dalam berbagai kesempatan: “dalam bidang politik, Soekarno adalah nasionalis. Dalam bidang ideologi, aku menjadi sosialis. Aku katakan, aku bukanlah komunis. Aku seorang sosialis. Aku seorang kiri.” Menurutnya, orang-orang kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis dan imperialis. Nasionalisme tanpa keadilan sosial menjadi nihilisme. Soekarno menyatakan bahwa dirinya bisa menarik persamaan sosialismenya dengan Declaration of Indepedence-nya AS. Dia juga menarik persamaan spiritual dari Islam dan Kristen, dan persamaan ilmiah dari Karl Marx. Kemudian dia memercikkan unsur gotong royong sebagai jiwa idolologinya. Percampuran semua itulah yang menurutnya akan menghasilkan Sosialisme Indonesia. Pleidoi Soekarno itu tetap saja membuatnya masuk penjara. Setelah di adili di pengadilan Belanda, dia dan para tokoh PNI lainnya di masukan ke dalam pemjara Sukamiskin, Bandung.
Pada tahun 1931, kepemimpinan PNI berubah dari Ir. Soekarno kepada Mr. Sartono. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk partindo akhirnya membentuk PNI baru. Soekarno sendiri memilih bergabung dengan partindo.

BAB III
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SOEKARNO


A. Spiritualitas
Sebagai sosok yang memiliki prinsip tegas, Soekarno kerap dianggap sebagai tokoh kontroversal. Di mata lawan-lawan politoknya di tanah air, dia dianggap mewakili sosok politisi abangan yang “kurang islami”.bahkan menggolongkannya sebagai pemimpin “Nasionalis sekuler”.
Menurut Cliffor Geertz, Gaya religius Soekarno adalah gaya Soekarno sendiri. Kepada Louise Fischer, Soekarno pernah mengaku bahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, Hindu. Di mata pengamat, seperti Geertz, pengakuan semacam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansif seolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”. Sebaliknya, ungkapan semacam itu, kata B. J. Baland, hanya merupakan perwujudan dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa. Bagi penghayatan spritual Timur, ucapan itu justru “merupakan keberanian untuk menyeruakan berbagai pikiran yang mungkin bisa di tuduh para agamawan formalis sebagai bid’ah”.
Latar belakang kejawen. Hindu dan Buddhisme sangat kuat mendasari spiritualitas Soekarno. Sehingga dia jauh dari sifat “Ortodoksdogmatis” dalam pemikiran keagamaannya, dan tidak bercorak formal santri dalam ke islamannya. Soekarno menyenangi bentuk sufisme yang bebas, agama yang di perlikan sebagai “Bahasa kasih sayang”. Bahkan agama yang penuh passion. Posisi keagamaan Soekarno berbeda misalnya dengan Haji Agus Salim, A. Hassan, dan Mohammad natsir, yang dikenal sebagai pemiir-pemikir Islam yang bercocok Ortodoks (Nasional dan Doktriner). Dalam bayangan Bernard Dahm, Soekarno total menjadi seorang tokoh dalam sebuah epos. Bagi Soekarno. Nasionalisme, agama, dan marxisme seolah-olah meruoakan doktin trinitas dalam agama Kristen yang tak bakal ditinggalkan sampai kapan pun dunia akan berakhir.
Soekarno adalah seorang Muslim dan bahkan di timur tengah di akui sebagai seorang pemimpin Muslim. Sayangnya, di Indonesia, Soekarno lebih sering dipandang sebagai seorang pemimpin nasionalis dari pada seorang pemimpin Muslim.
Menurut Soekarno, umat Islam memang berpegang pada ajaran al-Qur’an dan hadist. Tapi bukan nyalanya, bukan apinya, debunya, asbesnya. Abunya yang berupa celak mata dan sorban. Tetapi bukan apinya, yang menyala-nyala dari ujung zaman yang asatu ke zaman yang lain. Oleh karena itu, dia sering melontarkan kritik terhadap model pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dikenal umat Islam saat itu, kuno dan tidak sesuai dengan semangat zaman. Lantaran ia hanya terpaku pada sistem pengajaran yang cenderung memisahkan antara aspek keagamaan dengan aspek ilmu pengetahuan umum. Ringkasnya, pendidikan Islam yang di pabdu dengan pendidikan ilmu pengetahuan umum itulah yang di kehendaki Soekarno.
Dalam di Bawah Bendera Revolusi. Soekarnio mengatakan:
“Saya tahu, Tuan punya pesantren, bukan universitas. Tapi alangkah baiknya kalau Toch Washern Science. Disitu di tambah banyaknya. Demi Allah, ‘islam Science’ bukan hanya pengetahuan Qur’an dan hadist sahaya: “ialam science” adalah pengetahuan Qur’an dan hadist plus pengetahuan umum! Orang tidak dapat memahami betul Qur’an dan hadist, kalau tak berpengetahuan umum...”
Dalam pandangan Soekarno, untuk membangkitkan kembali dunia Islam yang sedang tertidur lelap ini. Maka tidak ada Cara lain, kecuali membangun para akal, serta memfungsikan kembali akal dan rasio secara perlahan-lahan tapi pasti. Umat islam harus berani melepaskan diri dari kungkungan masa lalu. Mengeluarkan diri dari “penjara taqlid”, dan memberanikan diri untuk menatap masa depan yang serat dengan kopetensi dan kompleksitaskultur dan ilmu penetahuan.
Pada asas ini, Soekarno pernah mengatakan:
“Mariah kita memerdekakan kita punya roch, kita punya akal, kita punya pengetahuan dari ikatan-ikatannya kedjumudan, hanya dengan roch, akal,dan pengetahuan sang merdekalah kita bias mengerdjakan penyelidikan kembali, her-orientation, zelfcorretie yang sempurna…”.
Soekarno menyakini al-Qur’an adalah wahyu ilahi, kitab keramat, penuh teka-teki, nilai sacral, dan karena itu harus di jungjung tinggi oleh umat islam. Bagi Soekarno, Al-Qur’an telah memberikan kontribusi bagi perubahan kehidupan yang revolusioner, bukan saja di tanah Arab, melainkan di seluruh dunia. Menurutnya.
“Satu revolusi yang bukan lagi sebagai kita punya revolusi. Satu revolusi pancamuka, lima macam, tetapi mungkin ini revolusi yang di adakan oleh tuha via quran itu adalah revolusi dasamuka. Sebagaimana revolusi yang ia macam sekaligus”.
Sebagai fajar sehabis malam yang gelap-gulita, sebagai penutup abad-abad kegelapan. Maka di dalam abad 19 berkilau. Kilauanlah di dalam dunia ke islaman sinarnya dua pendekar, yang namanya tak akan hilang tertulis dalam buku riwayat muslim : Sheikh Mohammad Abdouh. Rector sekolah tinggi Azhar, dan Seyid Djamaludin el afghani dua penglima pengislamisme yang telah membangunkan dan menjunjung rakyat-rakyat islam di seluruh benua asia dari pada kegelapan dan kemunduran. Walaupun pada sikapnya dua pahlawan ini ada perbedaan sedikit satu sama lain – Sayid Djamaluddin el afghani ada lebih redikal dari Sheikh Mohammad Abdouh – maka merekalah yang membangunkan lagi kenyataan –kenyataan islam tentang politik, terutama Syaid Djamaluddin, yang pertama-tama membangunkan rasa pahlawanan dihati sanubari rakyat-rakyat muslim terhadap pada bahaya inperialisme Barat, merekalah terutama Syaid Djamaluddin pula, yang mula-mula mengutbahkan suatu barisan rakyat islam yang kokoh, guna melawan bahaya inperialisme Barat itu.
B. Nasionalisme dan Demokrasi
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan titik pusat dan keberhasilan penggalang nasionalisme sejak dia masih menjadi mahasiswa. Soekarno sudah mengingatkan ancaman imperialisme dan kolonialisme ekonomi dalam tulisan yang dibuat pada tahun 1933 yang berjudul Di bawah Bendera Revolusi. Nasionaliisme adalah sosio- nasionalisme, yang berarti nasionalisme Marhaen yang menolak borjuisme. Sedangkan demokrasi adalah sosio- demokrasi yang artinya demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Kata Soekarno dalam pidato 17 Agustus 1964, “Firman Tuhan, inilah gitaku”. Firman Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu: Innallaha la yu ghaiyiru ma biqaumin, hatta yu ghaiyiru ma bianfusihim”.
Sementara dalam pidato 17 Agustus 1965, Soekarno menyatakan : “Asal kita setia pada hukum sejarah dan asal kita bersatu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan Gunung Semeru Gunung Kinibalu sekalipun. “Dalam pidato lahirnya pancasila, 1 Juni 1945, dia mengatakan: “tetapi tanah Air kita Indonesia hanya satu bagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini! Gandhi berkata: “Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah peri kemanusiaan”.
Menurut Soekarno, internasional (peri kamanusiaan) hanya akan tumbuh subur jika berakar di dalam bumi nasionalisme. Nasionalisme demikian adalah nasionalisme yang chauvinis atau sempit seperti terjadi di Jerman pada masa Adolf Hitler yang meyakini “Deutschland Uber Alles”. Nasionalisme Indonesia harus tumbuh di atas kekeluargaan bangsa-bangsa yang mampu mempersatukan keragaman suku, budaya, dan agama dalam horozon persatuan umat manusia yang hakiki.
Soekarno memercayai persatuan, bukan kesatuan. Itulah sebabnya dia memilih Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan. Secara filosofis, Soekarno meyakini bahwa ke-ika-an merupakan tali persaudaraan yang menjadi pengikat umat manusia di dunia untuk hidup rukun, damai, dan sejahtera.
Dasar demokrasi Soekarno adalah permufakatan atau permusyawaratan. Semangat Soekarno adalah refleksi jiwa Nusantara. Semangatnya merupakan pohon kesadaran di tanam ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu, oleh para wali, empu, resi, dan begawan bijak yang pernah lahir mengisi kehidupan di Nusantara.
C. Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri)
Hal menonjol dari pribadi Soekarno adalah sikap politik yang mandiri melalui ajaran Trisakti yaitu:
1. Berdaulat dalam politik
2. Berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari) dalam ekonomi
3. Berkepribadian di bidang budaya.
Soekarno memang menganut ideologi pembangunan berdikari. Dia pernah dengan gagah mengejek AS dan negara-negara kapitalis lainnya : “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu. Soekarno mengajak Negara-negara berkembang untuk bersatu. Dia juga menggelorakan semangat revolusi bagi bangsa Indonesia serta menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Soekarno memiliki selogan yang kuat untuk menggantungkan cita-cita setinggi bintang demi membawa rakyat Indonesia menuju kehidupan sejahtera, adil dan makmur. Soekarno berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak bangsa Indonesia untuk berdiri di atas kala sendiri walaupun dia belum berhasil membawa rakyat ke dalam kehidupang yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai tujuan, tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Dari pada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (neo-kolonialisme).
D. Anti-kolonialisme
Pada 17 Mei 1956, presiden Soekarno mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat dalam rangka kunjungan resminya ke negri tersebut. Meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan imperialism namun Soekarno mendapat sambutan luar biasa di AS. Menurut Soekarno, yang pertama-tama perlu di sadari adalah bahwa alasan utama kenapa para kolonialis Eropa datang ke Asia bukanlah untuk menjalankan suatu kewajiban luhur. Mereka datang terutama “untuk mengisi perutnya yang keroncong belaka.” Artinya, motivasi pokok dari kolonialisme itu adalah ekonomi.
Soekarno muda menentang kolonialisme dan kapitalisme itu. Keduanya melahirkan struktruk masyarakat yang eksploitatif. Sebagai suatu sistem yang eksploitasi, kapitalisme itu mendorong imperialism, baik imperialism politik maupun imperialism ekonomi. Soekarno mengibaratkan imperialism sebagai “Nyai Blorong” alias ular naga. Kepala naga itu, menurut dia, berada di Asia dan sibuk menyerap kekayaan alam Negara-negara terjajah. Sementara itu tubuh dari ekor naga itu ada di Eropa, menikmati hasil sarapan tersebut. Bersama dengan kolonialisme dan kapitalisme, imperialism. Merupakan tantangan besar bagi setiap orang Indonesia yang menghendaki kemerdekaan.
E. Anti-Elitisme
Selain kolonialisme dan imperialisme, di mata Soekarno muda ada tantangan besar lain yang tak kalah pentimgnya untuk di lawan, yakni elitisme. Elitisme mendorong sekelompok orang merasa diri memiliki status sosial-politik yang lebih tinggi dari pada orang-orang lain, terutama rakyat kebanyakan. Elitisme ini tak kalah bahayanya, menurut Soekarno, karena melalui sistem Feodal yang ada ia bisa praktikkan oleh tokoh-tokoh pribumi terhadap rakyat negara sendiri, elitisme bisa menjadi penghambat sikap-sikap demokratis dalam masyarakat modern yang di cita-citakan bagi Indonesia Merdeka.
Soekarno muda melihat bahwa kecenderungan elitisme itu tercermin kuat dalam struktur bahasa Jawa dengan pola “Kromo” dan “Ngoko”-nya mendukung adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat
Dalam kaitan dengan usaha mengatasi elitisme itu di tegaskan bahwa Marhaenisme “menolak tiap tindak borjuisme” bagi Soekarno, merupakan sumber dari kepincangan yang ada dalam masyarakat. Ia berpandangan bahwa orang tidak seharusnya berpandangan rendah terhadap rakyat. Sebagaimana di katakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “pandangan mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx”, dalam arti bahwa mereka ini merupakan “kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika di gerakan dalam gelora revolusi, akan mampu mengubah dunia”.
F. Persatuan Nasional
Persatuan Indonesia adalah cita-cita paling mendasar yang di perjuangkan oleh Soekarno. Bagi Soekarno sistem politik yang paling cocok dengan “kepribadian” dan “budaya” khas bangsa Indonesia adalah sistem yang mementingkan kerja sama, gotong royong, dan keselarasan. Dia mengancam “Individualisme” yang menurutnya lahir dari Liberalisme Barat. Individualisme itu melahirkan egoisme, dan terutama dicerminkan oleh pertarungan antar-partai.
Bagi Soekarno, gerakan islam, nasionalis, dan Marxis mempunyai tujuan yang sama, yaitu melawan kapitalisme dan imperialisme. Pada tahun 1960, Presiden Soekarno mendeklarasikan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunis). Ini merupakan tiga kekuatan politik yang di wakili oleh PNI, Nahdiatul Ulama sebagai kelompok agama, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kata Soekarno, “Nasakom adalah jiwa yang berisi tiga kekuatan tempat kami berdiri tegak, Soekarno juga gandrung terhadap persatuan Indonesia. Baginya, Persatuan Indonesia adalah conditio sine qua non (syarat mutlak) bagi tegak dan jayanya Indonesia. Hal ini di tegaskan dalam pidato lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945.
G. Marhaenisme
Marhaenisme merupakan ajaran Soekarno. Marhaenisme berasal dari kata Marhaen, orang yang di temui oleh Soekarno saat ia masih muda dulu. Konon Soekarno bertemu dengan Marhaen secara kebetulan ketika sedang berjalan-jalan di daerah Cigelereng Bandung. Dia melihat seorang petani yang sedang menggarap sawah dan kemudian menghampirinya serta mengajaknya bicara. Setelah lama kemudian berbincang-bincang di situlah berkembangnya paham Marhaenisme.
Ketika itu Soekarno heran, mengapa seorang memiliki alat prodoksi sendiri malah miskin. Petani itulah gambaran masyarakat Indonesia. Jadi, Marhaenisme adalah ajaran Soekarno tentang masyarakat Indonesia yang seutuhnya.
Marhaeniusme merupakan sebuah pemikiran ideology yang membela kaum Marhaen atau kaum yang di miskinkan oleh system. Marhaenisme bukanlah suatu perlawanan terhadap ideology Indonesia. Marhaenisme juga bukan suatu asas pemberontakan, tetapi merupakn cara berfikir rakyat dalam berkehidupan di Indonesia.
Soekarno adalah penganut tradisi pemikiran Marxis, karena cara berpikirnya menunjukkan cirri-ciri tradisi pemikiran Marxis, yaitu dengan mrlihat sesuatu melalui titik pandang cara produksi (made of production). Marhaenisme merupakan antithesis dari praktik-praktik Imperialisme yang dengan serakah mengurus kekayaan dari Indonesia. Marhaen adalah kaum melarat di Indonesia, yang berbeda dengan proletar, yang masih memiliki alat-alat produksi, walau dalm skala kecil.
H. Pancasila
Suatu Ideology atau Filsafah hidup (kita lihatlah pancasila sebagai ini) tidak di kompakkan kepada seseorang tanpa memperhatikan kondisi dirinya, apalagi kalau Ideologi atau Filsafah hidup itu di kenal ketika ia sudah besar. Soekarno mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar Negara skaligus arah tujuan Negara Indonesia. Pancasila di gali oleh Soekarno dari saf-saf kebudayaan peradaban Nusantara sejak masa pra-Hindu, masa Hindu, masa kedatangan islam, dan masa kontak dengan imperialism Eropa Barat. Artinya, Pancasila dalam pandangan Soekarno dan pendiri bangsa sudah menyatu dengan hakikat alam pikir, karakter, kepribadian, dan sifat tanh air Indonesia dengan segala kekhasannya.
Soekarno menandaskan bahwa kelima sila merupakan kesatuan tak terpisahkan. Perisai pancasila yang tergantung di leher lambing Negara burung Garuda yang menggenggam erat semboyan “Bhineka Tunggal Ika” adalah semboyan kesatuan. Ruh pancasila terangkum menggerakkan bangsa ke cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 yang tergambar pada jumlah bulu-bulu pada sayap, leher dan kaki burung Garuda. Kesatuan sila-sila dalam perlambangan burung Garuda itu ia jelaskan dalam kursus-kursus tentang pancasila. Dia yakin jika lambing Negara ini di ubah, niscaya sebagian besar rakyat akan menentangnya, karena cinta rakyat akan lambing Negaratelah terpaku sedalam-dalamnya di kalbu bangsa.

BAB lV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan mengucap Alhamdilillah penulis menyimpulkan sebuah Judul yang telah tertera di dalam karya tulis ini :
Sejarah Soekarno merupakan sejarah yang perlu kita ketahui di mana sejarah Soekarno ini perlu kita ketahui kelatar belakangan Sosialnya maupun Intelektualnya. Di dalam sejarah ini keteguhan dan keuletan jelas terlihat dalam kegigihannya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Soekarno adalah Presiden pertama di Indonesia, di dalam masa perjuangan atau pemerintahannya banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi seperti peristiwa Wafatnya Soekarno, konon ia meninggal dengan perawatan tim medis yang kurang professional atas adanya masa orde baru, Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 dan Wafat pada 16 Juni 1970.
B. Saran-saran
Dalam penulisan Paper ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada pembaca agar jang pernah bosan untuk mengetahui sebuah sejarah, dalam hal sejarah apapun, sebab sejarah dapat mencerminkan diri untuk menjadi kaca perbandingan di masa yang akan dating. Kepada para pembaca agar jangan pernah bosan untuk membaca, menbaca dan terus membaca karena dengan membaca kita akan lebih mengetahui dari apa yang belum di ketahui dan wawasan pun semakin luas dan dengan membaca kita bias menjadi lebih berkarya dengan ilmu yang telah klita dapati.

DAFTAR PUSTAKA

Susilo Adi Taufuk, Soekarno Biografi Singkat 1901-1970, Garasi, Yogyakarta, 2008
Daras Roso, Bungkarno Serpihan Sejarah Yang Tercecer, Imania, Depok 2010, Cet. Ke-1
Soekarno, Dibawah Bendera Rovolusi, Panitya, Jakarta, 1963
Http:// Web.com
Noor, Dehar, Islam Pancasila Dan Asas Tunggal, Yayasan Perkhidmatan, Jakarta 1983, Cet. Ke-1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar