Cari Blog Ini

Kamis, 21 April 2011

Hakikat mati yang sebenarnya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan di dunia bagaikan lautan, kadang jernih kadang pula keruh, kehidupan terus mengalir bagaikan air laut namun di tengah aliran itu pasti ada saja ombak yang deras menghantam kita dan kerikil yang menggores diri, begitu juga dengan kehidupan yang kita jalani di muka bumi ini, begitu banyak cobaan yang menerpa kita selama selama kita bisa menjalaninya dengan baik, pasti rahmat dan hidayah Allah selalu dating kepada kita, namun di balik kehidupan yang begitu indah, manusia tidak akan lepas dari yang namanya kematian. Sebagaimana firman Allah dalam kitab suci-Nya :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
 “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian”.
Kematian adalah peristiwa yang pasti, akan terjadi pada setiap makhluk hidup tidak peduli kapan dan dimanapun tempatnya jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka ia pasti akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, mau ataupun tidak mau ia pasti akan mati, jika sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolong dari kematian.
Tak perlu takut menghadapi kematian sebaik-baik kematian bagi umat muslim adalah husnul khatimah. Izrail datang dengan wajah yang berseri penuh dengan senyum ketika ia mencabut ruh kita, ia mencabutnya dengan penuh kasih saying, sementara rasa sakit lantaran sakaratul maut yang memilukan itu menjadi terkalahkan dan keindahan baying-bayang surgawi yang begitu indah, lalu kita pun dapat menuju mata dengan senyum menghias bibir sebab ruh kita telah disambut oleh para bidadari yang jelita sang penghuni surge.
Namun sebaliknya jika su’ul khatimah yang kita dapakan dalam akhir kehidupan kita maka izrail pun mencabut ruh kita tanpa ada rasa kasih saying, begitu sakitnya sakaratul maut yang telah dijalaninya peristiwa inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengambil judul “HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA”.
B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya pembahasan tentang yang menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dan melebarnya permasalahan dalam karya tulis ini, oleh karenanya penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan kematian?
2.      Apa bekal menghadapi kematian?
3.      Apa itu sakaratul maut?
4.      Bagaimana cara mengingat mati?
C.     Tujuan Penulisan
Setiap orang yang membuat sesuatu pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu begitu juga penulis, penulis memiliki tujuan-tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ini dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk memahami makna kematian
2.      Agar dapat mengetahui bekal menghadapi kematian
3.       Untuk lebih mengetahui tentang sakaratul maut
4.      Agar dapat mengetahui cara mengingat mati.
D.    Metode Penulisan
Penulisan dalam menyusun karya ilmiah menggunakan metode deskriptif, karena dengan metode ini dapat mempermudah penulis dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengumpulkan dari berbagai macam-macam buku ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
E.     Sistematika Penulis
Karya tulis ini disusun penulis ini terdiri dari empat bab, dengan harapan agar penulis dapat mudah memaparkan pembahasan dan mempermudah pemcara dalam mencerminkan dan memahami karya tulis ini. Adapun karya tulis ini terdiri dari berbagai bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA
Bab ini menjelaskan tentang definisi kematian, sakaratul maut, bekal menghadapi kematian dan keutamaan mengingat mati.
BAB III HUSNUL KHATIMAH DAN SU’UL KHATIMAH
Bab ini menjelaskan tentang husnul khatimah, tanda-tanda husnul khatimah, su’ul khatimah, sebab dan tanda-tanda su’ul khatimah.
BAB IV PENUTUP
Bab ini adalah bab yang penting akhir dari bab-bab yang diatas, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran berupa kesimpulan dicantumkan daftar pustaka yang dijadikan sumber penutup karya tulis ini.



BAB II
HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA

A.    Definisi Kematian
Menurut kamus lusan al-arab, kata maut diartikan diam, padam, tenang, tak bergerak. Sebagaimana kehidupan bermula ketika ruh ditupkan ke jasad, maka kematian terjadi ketika ruh terpisah dari badan.[1]
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Imran ayat : 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ (العمران : 185 )
setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian”
Mati adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, perpisahan antara keduanya yaitu pergantian dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Pada dasarnya mati itu bukanlah kehancuran atau kehilangan sepenuhnya akan tetapi masih ada kelanjutannya yaitu akan dilanjutkan dengan kehidupan diakhirat.
Banyak orang yang menganggap bahwa kematian merupakan suatu hal yang sangat mengerikan dan menakutkan tetapi tanpa disadari dibalik semuanya itu terdapat keistimewaan-keistimewaan yang sangat besar sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Kebaikan orang mukmin adalah mati”
Maksudnya adalah dengan sebab kematian seorang mukmin akan mendapatkan pahala karena dia bersbar dalam menerima penderitaan dan kesakitan menjelang kematian yang akan dihadapinya.
Kematian adalah sebuah keniscayaan tidak satupun jiwa yang mampu menghindarinya sedikit sekali orang yang mau menerimanya. Semuanya merasa berat berpisah dengan kehidupan dunia ini. Semuanya berkata dalam hatinya seperti apa yang diucapkan oleh Chairal Anwar, “Akan ingin hidup seribu tahun senuanya ingin hidup terus[2], seperti kata Al-Qur’an dalam sura Al-Baqaraah ayat 96 :
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصُ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُّعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (البقرة : 96 )
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS.ِAl-Baqarah : 96)
Bahkan tidak hanya seribu tahun mungkin hidup kekal selamanya di alam dunia ini.
Peristiwa akan kematian pasti akan terjadi pada seseorang, tidak peduli kapan dan dimana tempatnya, jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka dia pasti akan menjalankan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, suka taupun tidak suka ia pasti akan mati. Jika sudah begitu apapun yang dimilkinya baik berupa harta benda, pangkat dan jabatan, anak-anak dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolongnya dari kematian kecuali amal perbuatannya selama berada di dunia.
Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Tidak ada seorangpun yng mampu menolak datangnya kematian, meskipun ia bersembunyi dibalik tembok yang kuat ataupun menyusup kedalam lapang semut sekalipun.
Lematian itu pasti akan dialami oleh semua makhluk yang hidup didunia ini. Hal tersebut tidak yang hidup di dunia ini. Hal tersebut tidak dapat dimungkiri oleh setiap makhluk hidup karena hal tersebut sudah menjadi takdir (ketetapan) dari Allah SWT. Mengenai kapankah datangnya kematian itu tak satu makhlukpun yang mengetahuinya dan juga tidak diberi tahu, karena hal tersebut adalah merupakan salah satu rahasia dari Allah SWT, hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan seseorang itu mati, ruhnya dicabut dari badannya apakah ia dicabut pada waktu sudah usia tua, semua itu hanya Allah sajalah yang mengetahui tentang datangnya kematian.[3]
Ketika seseorang dicabut nyawanya oleh malaikat izrail sang pencabut nyawa disisi kanan dan kirinya terdapat malaikat lain yang turut menunggunya, ketika ruh telah ditarik dari jasadnya dan ia termasuk dalam golongan orang yang berbahagia (husnul khatimah) maka malaikat rahmat yang berada disebelah kanan jasadnya akan memanggilnya sedangkan apabila termasuk golngan orang yang celaka (su’ul khatimah) maka malaikat azab yang berada disebelah kiri akan memanggilnya.
Mati adalah terpisahnya ruh dengan jasad untuk jangka waktu tertentu, dikatakan untuk jangka waktu tertentu karena kelak pada hari kebangkitan ruh dan jasad tersebut akan menyatu kembali, sedangkan menurut kedokteran atau medis, mati adalah berhentinya aktivitas jantung (denyat jantung). Jantung yang dianggap sebagai alat yang menentukan hidup dan matinya secara otomatis akan diikuti oleh berhentinya semua aktivitas organ tubuh.
Makna perpisahan antara badan dan ruh adalah ruh tidak lagi berpengaruh pada badan dan badan tak telat lagi terhadap ruh. Anggota badan adalah alat bagi ruh, sehingga ruh memukul dengan tangan, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata dan mengerti hakekat berbagai hal dengan hati. Hati merupakan kata lain dari ruh, sehingga ruh mengetahui banyak hal tanpa alat. Oleh sebb itulah terkadang ruh merasakan kesakitan atau kepedihan dan merasakan kenikmatan karena adanya kegembiraan, semua itu tidak berhubungan dengan anggota badan sama sekali, maka apa saja yang merupkn sifat ruh sendiri masih tetap ada meskipun telah terpisah dari jasad. Sebaliknya apa saja yang merupakn sifat ruh sehubungan dengan jasad akan sirna begitu terpisah sampai dikembalikan ke jasad kembali.[4]
Pada dasarnya mati tidak ada hubungannya dengan lama atau tidaknya seseorang hidup di dunia umur tidak bisa dijadikan sebagai ukuran akan datangnya ajal. Dengan demikian, peringatan mati sesungguhnya tidak hanya untuk makhluk yang sudah berumur tua namun lain dari itu juga ditujukan kepada mereka yang masih muda.
B.     Sakarat Al-Maut
Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dan Para Ulama lain menjelaskan bahwa istilah sakaratul maut diambil dari kata dasar “sakara” yang berarti mabuk atau kehilangan akal. Dalam bahasa Arab, kata “sakara” paling banyak digunakan untuk makna mabuk karena meminum minuman keraas, terkadang juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk, rasa sakit dan pingsan karena beratnya rasa sakit.
Pingsan karena beratnya rasa sakit inilah yang dimaksud dengan sakarat maut. Detik-detik menegangkan saat nyawa akan dikeluarkan oleh malaikat maut dari jasad seorang hamba dinamakan sakaratul maut, karena pada saat itu orang yang mengalaminya berada dalam keadaan setengah sadar dan setengah pingsan, ia tidak berada di alam dunia pun belum sepenuhnya memasuki alam akhirat.[5]
Sakaratul maut merupakan gambaran tentang sakitnya badan dan ruh yang akan dicabut, sakitnya sakaratul maut melebihi ditusuk pedang, melebihi digergaji, melebihi dipotong-potong, melebihi ditinggal sang kekasih, melebihi ditinggal seluruh keluarga. Sakaratul maut yaitu bersatunya seluruh penderitaan bdan dan jiwa, maka orang yang sedang mmenghadapi sakaratul maut sudah tidak bisa merintih atau menjerit seperti ketika ia masih hidup.
Sesungguhnya ada beberapa keadaan yang dirasakan seseorang ketika sedang menghadapi sakaratul maut. Bagi orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT karena ibadah dan amal baiknya, maka ia benar-benar menyadari bahwa dirinya telah berada diujung kehidupan, sehingga beberapa hari menjelang kematiannya dia melakukan persiapan dan mencari bekal sebanyak-banyaknya.
Ketika kematiannya telah dekat, yaitu kematian dunia, maka pada saat ini ada empat malaikat yang dating padanya yaitu seorang malaikat mencabut nyawanya dari kaki sebelah kanan, seorang malaikat mencabut nyawanya dari kaki sebelah kiri, seorang malaikat mencabut nyawanya dari tangan kanan dan seorang malaikat yang mencabut nyawanya dari angan kirinya.[6]
Saat seseorang akan berpisah dengan dunia dan memasuki alam keabadian yaitu alm akhirat, maka dia akan mengalami saat-saat kritis yang sangat menyakitkan yang sering disebut dengan sakaratul maut. Rasa sakit yang dialaminya tersebut melebihi seluruh rasa sakit yang pernah dia alami sebelumnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Sakaratul Maut itu sakitnya sama dengan tiga ratus pedang”. (HR. Tirmidzi).
Proses sakaratul maut itu bisa memakai waktu yang berbeda-beda bagi setiap orang,tidak bisa dihitung dengan ukuran deik maupun menit. Rasa sakit sakaratul maut yang dirasakan seseorang berbeda-beda pula karena tergantung dengan tingkat keimanan seseorang atau kedzalimannya selama masih hidup di dunia.
Cara malaikat izrail mencabut nyawa seseorang tergantung amal perbuatannya selama di dunia. Apabila orang yang meninggal itu durhaka kepada Allah SWT, maka malaikat izrail mencabut nyawanya dengan wajah yang seram dan kasar.
Sebaliknya dalam mncabut nyawa orang-orang yang saleh, malaikat izrail melakukannya dengan lemah lembut dan dengan sangat hati-hati, akan tetapi bagaimanapun lembutnya peristiwa sakaratul maut tetap eramat menyakitkan.
Gambaran wjah seram izrail ketika mencabut nyawa orang-orang yang dzalim tertulis dalam kitab Al-Qur’an :
وَلَوْتَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلاَئِكَةُ بَاسِطُوا أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ  (الأنعام  : 93 )     
Alangkah dahsyatnya sekiranykamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalan tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’aam : 93)
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim, diriwayatkan sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Ajarilah (bimbinglah) orang-0rang yang akan mati (dalam keadaan sekarat) di antara kalian dengan,  لاإله إلا الله dengan demikian, maka talqin (membimbing dan mengajari mayat adalah seunnah yang diperintahkan).
Apabila ada mayat yang mengeluarkan air liur atau lender dari mulutnya, keua bibir mengerut (menyusut), raut mukanya muram kehitam-hitaman, kedua matanya membiru, maka perlu diketahui bahwa yang demikian itu Karen ia telah mengetahui sesungguhnya dirinya termasuk orang yang celaka. Benar-benar telah terbuka baginya mengeani hakekat kecelakaan dirinya di akhirat.
Tetapi apabila seorang mayat tersebut yang kedua bibirnya merenggang atau merekah seakan-akan tersenyum, wajahnya berseri-seri, kedua matanya terbuka, maka perlu dikeahui bahwa yang demikian itu karena ia telah diberi kabar gembira dengan kebahagiaan yang bakal ia dapatkan di akhirat.[7]
Berat atau sakitnya sakaratul maut tidak ad yang bisa mengetahuniya kecuali yang pernah merasakannya atau dengan melihat orang yang sedang merasakan sakitnya sakaratul maut. Dan saat sakaratul mautnya, malaikat akan menunjukkan kepadanya surge yang akan menjadi rumahnya kelak diakhirat dan berkata kepadanya, “Bergembiralah wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, dan bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap saja, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakn jenazah tersebut dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Al-Ghazali mengutip Atsar Al-Hasan).[8]
Orang-orang yang beriman akan merasakan berat dan sakitnya sakaratul maut terlebih lagi orang-orang yang tidak beriman, rasa sakit yang mereka alami saat menghadapi sakaratul maut sangatlah berat. Hanya orang-orang yang mati syahid yang akan selamat dari rasa sakit saat menghadapi sakaratul maut.
C.     Bekal Menghadapi Kematian
Kehidupan manusia di dunia sangatlah singkat. Usia yng sangt singkat tersebut merupakan modal utama untuk menjalankan tugas hidup yaitu beribadh dan taat kepada Allah. Beribadh kepada Allah adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Umur manusia sangatlah terbatas, sementara kewajiban yang harus dilakukan sangatlh banyak. Hal ini menuntut setiap orang untuk pandai-pandai memanfaatkan detk-detik usianya dalam rangka menjalankan kewajiban-kewajiban yang telha ditetapkan pada dirinya. Setiap orang harus waspada, jangan sampai umurnya banyak terbuang sia-sia untuk hal-hl yang tidak terbuang sia-sia untuk hl-hal yang tidak bernilai pahala.
Setiap orang yang ingin bepergin tentunya mempersiapkan segala hal yang kemungkinan dibutuhkannya dalam masa be[ergiannya itu, begitu pula dengan yang namany kematian, sebelum kematian itu menjemput tentuny harus kita persiapkan perbekaln agar apabila kematian itu telah benar-benar menjemput kita sudah benar-benar siap.
Kematian adalah merupakan perkara yang hebat, sebab yang namanya makhluk hidup pasti akan mengalami yang namanya kematian dan mati bukanlah akhir dari kehidupan ini tetapi mati adalah merupakan jembatan untuk menunju kea lam yang kekal abadi (akhirat).
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ (العمران : 185 )
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Al Imraan :185)
Apabila pada masa hidupnya ia senantiasa memperbanyak amal kebaikan atau ia senantiasa mengerjakan amalan-amaln yang diridhoi oleh Allah, maka di hari akhir kelak ia akan mendapat kebahagian dan kesenangan yang kekal abadi yaitu surge dan sebaliknya apabila pada masa hidupnya senantiasa memperbanyak amal keburukan atu mengerjakan amalan-malan yang dilaknat oleh Allah. Maka dihari akhir kelak ia akan mendapatkan penderitaan dan kesengsaraan yang kekal abadi pula yaitu neraka.
Karena kematian adalah sebuah kepastian dalam setiap kehidupan, maka yang perlu dilakukan saat hidup sebenarnya hanyalah mencari bekal untuk menghadpi kehidupan sesudah mati.
Kesuksesan seorang hamba dalam meraih rahmat, ridho dan ampunan Allah sangat tergantung kepada kepandaianya dalam memaksimalkan usianya, semakin pandai dan rajin ia menggunakan usianya dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi lrangan-larangan Allah, semakin besar pula harapannya untuk meraih rahmat, ridho dan ampunan Allah.
Sebaliknya, semakin banyak waktunya terbuang untuk hal-hal yang merugikan diri sendiri, terlebih bila dimanfaatkan untuk hal-hal yang dimakruhkan dan diharamkan, maka  semakin Nampak pula bhwa ia termasuk golongan yang terhalang dari mendapatkan rahmat, ridho dan ampunan Allah.
Oleh karena itu Rasulullah mengingatkn umtnya untuk memaksimalkan kesempatan untuk beramal sebelum dating halangan-halangan yang membuatnya sulit dan berat untuk beramal.[9]
Setiap manusia mempunyai lima bekal yng harus dipergunakan sebaik mungkin dalam rangka mencari bekal yang terbaik untuk menghadap Allah SWT kelak, kelima bekal tersebut adalah masa sehat, usia muda, kaya, waktu luang dan masa hidup. Kelima bekal ini harus harus dimaksimalkan dalam rangka menumbuhkan, menyuburkan dan meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh sebagai bekal untuk memasuki alam akhirat.[10]
Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah SWT.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى  ( البقرة : 197 )
“Persiapkanlah bekal dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (QS. Al-Baqarah : 197)
D.    Keutamaan Mengingat Kematian
Kematian adalah hl yang menakutkan, sebagian dari umat manusia banyak yang melupakan tentang kematian apalagi memikirkannya, orang yang ingat tentang mati, maka hatinya disibukkan dengan hal-hal yang akan membawanya terhadap kematian, hatinya sibuk dengan berdzikir kepada Allah, sibuk dengan ibadah, karena ketakutannya terhadap kematian.
Mengingat-ingat kematian itu tidak cukup hanya diucapkan dibibir saja, akan tetapi harus dibarengi dengan suatu tindakan atau perbuatan yang mengaruh terhadap hal tersebut. Tidak ada sedikit wktu yang terbuang sia-sia kecuali hanya untuk mengingat Allah dan datangnya kematian. Orang yang mengingt mati senantiasa rajin dan giat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan juga senantiasa meninggalkan segala larangan-Nya, tidak mengenal waktu kapan dan dimanapun ia berada, itulah yang sesungguhnya dinamakan ingat akan kematian.
Adapun orang kafir atau orang yang terjerumus tidak akan ingat tentang kematian. Apabila dia dingatkan akan kematian, maka dia ingt kesedihannya karena duni dan kekurangan harta benda, orang seperti ini akan bertambah jauh dari Allah jika ingat tentang kematian.
Sedangkan orang yang bertaubat akan memperbanyak ingat kematian agar di dalam hatinya timbul rasa takut kepada Allah, sehingga dia benar-benar bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha, terkadang ia takut akan datangnya maut karena belum sempat menyempurnakan taubatnya ataupun belumsiap bekal, orang seperti ini dibenarkan dalam membenci datangnya kematian dan tidak termasuk dalam sabda Nabi SAW :
من كره لقاء الله كره الله لقاءه
“Barang siapa benci dengan Allah, Maka Allah benci bertemu dengannya”. (HR. Bukhari Muslim)[11]
Manusia tidak mengetahui halangan, Apakah yang akan membawanya kepada kematian ? manusia seringkali lupa akan mengingat kematian karena pikiran dan segala usahanya hanya tertuju untuk meraih angan-angnnya yang indah-indah. Oleh karena itu Rasulullah memerinahkan umatnya untuk banyak mengingat perusak segala nikmat dan penghancur segala angan-angan yaitu kematian, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist :
اكثروا ذكرهادم اللذات يعنى الموت
“Perbanyaklah oleh kalin mengingat perusak kenikamatan yaitu kematian”.
Orang yang paling banyak mengingat mati dianggap oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang paling pintar dan yang paling cerdas diatas permukaan bumi ini, karena orang yang banyak mengingat mati itulah yang paling lengkap persediaan atau perbekaln untuk menghadapi kematian sehingga dialah yang mendapat kemulian di dunia dan di hari akhir kelak.
Dalam suatu riwayat diceritakan “Berkata Ibnu Umar ra, : pada suatu hari aku dating untuk menjumpai Rasulullah SAW yang pada waktu itu Rasuullah SAW sedang berada ditengah-tengah para sahabat beliau yang terkemuka, tiba-tiba salah seorang dari sahabt anshor berdiri dan bertanya kepada Rasulullah SAW “Ya Rasulullah, Siapakah manusia yang paling pintar dan Siapakah yang paling cerdas otaknya”? kemudian Rasulullah SAW menjawab, : yang pling cerdas dan yang paling pintar adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling banyak membawa bekal untuk menghadapi mati”.
Dari hadist-hadist Rasulullah SAW diatas, maka jelaslah bahwa orang yang senantiasa mengingat akan datangnya kematian itu akan selalu membekali dirinya dengan amal ma’ruf nahi mungkar atau amal-amal kebajikan dan tentunya pada diri masing-masing harus ditanamkan keimanan yang kuat sehingga kita mendapatkan kecerdasan otak, perpandangan jauh dan luas dalam berfikir, mencapai ketinggian derajat di dunia dan di akhirat, kenikmatan dunia dan di akhirat.
Karena sebenarnya cahaya keimanan itu jika sungguh-sungguh telah melekat pada lubuk hati masing-masing, kita akan terhapus dari lima macam kotoran bagi manusia yang hidup di muka bumi ini,yang diantaranya adalah : terlepas kebodohannya, terlepas kekejiannya, terlepas kemaksiatan, terlepas dari tipu daya syeitan dan terlepas dari api neraka.[12]
Banyak mengingat kematian merupakan cara untuk mendapatkan kematian yang indah (husnul Khatimah). Menyebut-nyebut kematian ribuan kali sehari dengan lisan, bukanlah cara mengingat kematian secara benar.
Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kepada manusia bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik ketimbang kehidupan di dunia yang hanya sementara. Atas dasar ini Al-Qur’an juga mengingatkan agar manusia tidak mudah tergoda dengan gemerlapnya dunia dan diantara  salah satu cara supaya manusia tak tergoda akan keindahan dunia, Nabi SAW mengingatkan supaya kita sering-sering mengingat akan kematian, sebab dengan sering mengingat mati kita akan menjadi lebih sadar bahwa kehidupan di dunia hanyalah tempat persinggahan untuk menuju kepada kehidupan yang kekal abadi.



BAB III
HUSNUL KHATIMAH DAN SU’UL KHATIMAH


A.  Husnul Khatimah
Husnul khatimah berarti kesudahan yang baik, yakni kematian dalam keadaan imn kepada Allah, lawannya adalah su’ul khatimah. Kedua istilah ini tidak dikenal dalam Al-Qur’an, tetapi ada sekian banyak hadist yang mengarah pada maknanya.
Imam Muslim melalui Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang boleh jadi melakukan amal-amal penghuni surge dalam waktu yang lama tapi dia menutup amalnya dengan amalan penghuni neraka, demikian pula sebaliknya. Dalam konteks ini Nabi SAW bersabda :
إنماالأعمال بالخواتم
(HR. Bukhari melalui Sahl bin Sa’id)
Yakni amal seseorang dinilai sesuai akhir amalnya”
Yang amal pungkasannya adalah amal penghuni neraka, itulah yang matinya dinamai su’ul khatimah dan yang amal terakhirnya merupakan amalan penhuni surga, kematiannya dinamai husnul khatimah.[13]
Kematian akan terjadi pada setiap makhluk hidup, tidak peduli kapan dan dimanapun tempatnya, jika izrail sudah diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka izrailpun akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar mau ataupun tidak mau ia psti akan mati. Jika sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolong dari kematikan.
Tak perlu takut menghadapi kematian, sebaik-baiknya kematian bagi umat muslim adalah husnul khatimah, izrail dating dengan wajah yang berseri penuh ruh seseorang, ia mencabutnya dengan penuh kasih saying, sementara rasa sakit lantaran sakaratul maut yang menyakitkan itu terkalahkan oleh keindahan baying-bayang surgawi yang begitu indah, lalu orang itupun dapat memejamkan mata tersebut telah disambut oleh para bidadari sang penghuni surge, mati dengan cara seperti inilah yang disebut dengan husnul khatimah.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Dengan beramal shaleh, kita akan terhindar dari siksa kubur dan hanya dengan rahmat Allah SWT-lah kita bisa terhindar dari siksa api neraka.
Ada orang yang setiap hari menghabiskan hidupnya dengan ibadah dan mal sholeh, tetapi menjelang akhir hayatnya, dia menjadi hamba yang tersesat dan durhaka dan ada juga orang yang setiap hari menghabiskan hidupnya dengan bergelimang kemaksiatan, tapi diakhir haytnya, justru air matanya berlinang mengenang dosa, takut kepada-Nya, menjadi ahli taubat. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli surge, tetapi sebenarnya dia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli neraka tetapi sebenarnya dia termasuk ahli surge”. (HR. Bukhari).
Diwaktu muda mereka menangis karena maut tidak memandang usia, sementara tanda-tandanya belum juga muncul hingga usia pun telah renta, tapi mereka menunggunya dengan ketaatan dan penuh kesbaran hingga meninggal dalam keadaan baik.
Malaikat maut bertanya, “Dalam keadaan bagaimanakah anda menginginkan kami mencabut nyawa anda ? “orang saleh itu menjawab, “Aku ingin berwudhu dan kemudian shalat, cabutlah nyawaku pada saat aku sujud kepada-Nya lalu malaikat mautpun mencabut nyawanya saat dia sedang sujud.
Sangat jauh berbeda dengan orang fasih. Malaikat maut tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepadanya untuk berbuat kebaikan, dia tidak peduli matinya seperti apa entah saat itu dia mati dalam keadaan sedang berdiri, berbaring, dikamar mandi, sedang asik bersenang-senang dengan pelacur (PSK), mabuk-mabukan dan sebagainya.[14]
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :
وَلاَيَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (الجمعة : 7 )
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahi akan orang-orang yang zalim. (QS. Al Jumu’ah : 7)
Kematian yang buruk (Su’ul khatimah) pasti ada sebab-sebabnya, maka kematian yang indah (husnul khatimah) pun ada kunci untuk meraihnya. Kunci untuk meraih kematian yang indah dan bahagia (husnul khatimah) adalah istiqomah dalam ketaatan kepada Allah.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (الفصلت : 30 )
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:"Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fuhs Shilat : 30)
Sayrat dari istiqomah itu bukanlah seseorang tidak pernah lagi melakukan suatu dosa. Sesungguhnya makna utama dari istiqomah adalah seseorang senantiasa konsisten dalam ketaatan kepada Allah, sehingga ketika hatinya akan terjerumus dalam kemaksiatan atau hatinya telah tertutupi oleh kemaksiatan saat ia lupa, maka ia tidak akan terus menenggelmkan dirinya dalam dosa dan dosa itupun tidak akan menjadi jurang yang membuat dia tidak mampu lagi naik kepermukaan.
Akan tetapi ia justru segera kembali kepada tuhannya untuk membersihkan segala dosa-dosanya itu dengan bertaubat, beristigfarlah atau memohon ampunan kepada Allah, sehingga setelah taubatnya itu ia justru menjadi lebih baik dibandingkan sebelum ia melakukan dosa karena yang terjadi setelah melakukan dosa itu, hatinya justru semakin dipenuhi rasa penyesalan sehingga ketaatan kepada Allah semkin tniggi agar bisa menjadi pengganti aas dosa-dosa yang telah ia perbuat.
 Maka tak ada pilihan lain bagi kita untuk selalu menjadikan hidup ini taat kepada Allah, berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan perintah-Nya, agar kelak ketika ajal telah tiba, kita akan menggapai kematian husnul khatimah. Kematian yang menjadi awal dari kebahagiaan badi disisi Allah SWT.
B.  Tanda-Tanda Husnul Khatimah
Allah SWT telah menjadikan tanda-tanda dan cirri-ciri tertentu untuk kematian yang bahagia. Bila tanda dan cirri-ciri tersebut ada dalam proses kematian seseorang, maka dialah yang mendapatkan keridhoan Allah dengan kematian yang bahagia (husnul khatimah). Diantara tnda-tanda  dan cirri-ciri kematian yang bahgia adalah :
a.       Mengucapkan Kalimat Syahadat Ketika wafat
Anugrah terbesar dari Allah SW yang diberikankepada hamba-Nya yang dikehendaki untuk mendapatkan akhir hidup yang baik dan indah (husnul khatimah) adalah jika ucapan terakhirnya dalam kehidupan dunia adalah kalimat tauhid.
Rasulullah SAW telah bersabda :
من كان اخر كلا مه لاإله إلا الله دخل الجنة
“Barang Siapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa Ilaaha Illallah”, niscaya ia akan masuk surge. (HR. Abu Daud).[15]
b.      Ketika Wafat Dahinya Berkeringat
Ciri dan tanda lain dari orang yang meraih kematian yang bahagia (husnul khatimah) adalah keningnya berkeringat.
Rasulullah SAW bersabda :
“Matiya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya”. (HR. Ahmad, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Ath-Tayalusi dari Abdullah bin Mas’ud).
Dalam kitab Al-Tadzkirah, Imam Qurthubi menyebutkan beberapa penjelasan dan pendapat para ulama tentang “keringan yang membasahi Dahi” seorang mukmin ketika meniggal. Abdullah menjelaskan, “Sesungguhnya seorang mukmin yang masih tersisa pada dirinya kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya, maka akan dimunculkan ketika ia kan mati dan itu akan ditampakkan dari dirinya”.
Sebagian ulama yang lain mengatakan, “Keringat yang membasahi dahinya adalah disebabkan raja malu terhadap Allah akibat pengakuanny atas segala kesalahan yang diperbuat. Rasa malu itu ada pada kedua mata dan pada saat itulah rasa malu itu sangat terasa. Sedangkan orang kafir, mereka buta dan tidak lagi memiliki rasa malu itu. Sedangkan keringat itu akan muncul dari mereka yang mendapatkan rahmat, sebab tak ada seorang wali, sahabat atau orang baik, kecuali ia pasti akan mendapatkan kabar gembira dan kemuliaan dari-Nya.
c.       Mati Karena Penyalit Tertentu Seperti Kolera, Tuberculosis (TBC) dan Busng Perut
Rasulullah SAW bersabda, “Mati dijalan Allah SWT syahid dan perempuan yang mati ketika tengah melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena penyakit adalah syahid dan mati karena penyakit perut adalah syahid”. (HR. Thabrani)
d.      Perempuan Yang Mati Karena Melahirkan
Dari Ubadah bin Shamir a, bahwa Rasulullah SAW menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya, “Tahukah Kalian Siapa Syuhada dari umatku? “orang-orang ada yang menjawab, “Muslim yang mati terbunuh adalah syahid dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang menariknya dengan tali pusarnya ke surge”. (HR. Ahmad, Darimi, dan Ath-Tayalusi).
e.       Mati Karena Mempertahankan Harta Benda Dari Perampok
Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang mati karena mempertahankn hartanya adalah syahid”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Abu Hurairah Meriwayatkan bahwa seorang laki-laki dating kepada Rasulullah SAW, smbil berkata, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila ada seseorang yang dating dan akan merampas hartaku, beliau menkawab, Jangan engkau berikan”, ia berkata, “Bagaimana kalau ia membunuhku? Beliau menjwab, “engkau mati syahid, orang itu bertanya lagi, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya? Beliau menjawab, “ia masuk neraka”. (HR. Imam Mulim, Nasai dan Ahmad)
f.       Mati Membela Agama dan Jiwa
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela kelurganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dalam rangka membela agama (keyakinannya) maka ia mati syahid dan barang siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) maka ia mati syahid”. (HR. Abu Daud, Nasai, Tirmidzi dan Ahmad).[16]
Dalam hadist ini diterangkan bahwa orang yang meninggal karena membela dan mempertahankan hartanya, keluarganya, agama dan jiwanya termasuk dalam kategori syahid.
g.      Wafat Pad Malam Jum’at
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah seorang muslim wfat pad hari jum’at atau pada malam jum’at, kecuali Allah pasti akan menhindarkannya dari siksa kubur”.(HR. Ahmad)
Maksud hadist diatas adalah jika orang yang meninggal pada hari jum’at tersebut adalah orang shaleh yang selalu beramal dan taat kepada Allah bukan orang kafir yang selalu berbuat maksiat. Artinya jika orang itu kafir dan durhaka kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, walaupun mati dihari jum’at, maka dia akan tetap mendapatkan siksa kubur.
h.      Mengerjakan Kebaikan Disisa Hidupnya Yang Terakhir
Diantara cirri dan tanda-tanda orang yang meraih kematian yang bahagia (husnul khatimah) yaitu selalu mengerjakan kebaikan selama masa hidupnya di dunia. Terlebih lagi jik mati dalam keadaan sedang melakukan ibadah seperti mati ketika sujud dan lain sebaginya.
i.        Mati Syahid
Wafat dalam keadaan syahid merupakan kemulian dan dijamin surge oleh Allah SWT.
Sabda Nabi SAW :
“Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu : diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya di dalam surge, dilindungi dari azab kubur dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari dan diperkenankan memberikan syafa’at bagi 70 orang kerabatnya”. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).[17]
Pada hakikatnya tidak ada azab bagi umat nabi Muhammad SAW, karena bagi mereka yang ada hanyalah rahmat Allah SWT, bagi kita dunia adalah tempat beramal dan tempat mencari bekal untuk dihari akhir kelak.
C.  Su’ul Khatimah
Sebagian ulama menyatakan bahwa su’ul khatimah tidak akan dialami seseorang selama amal-amalnya baik dan tulus kepada Allah SWT. Akhir yang buruk (su’ul khatimah) itu bisa terjadi bagi orang yang tidak tulus atau sering sekali melakukan dosa besar, walau pada wktu yang lain dalam perjalanan hidupnya ia melakukan amal-amal yang baik. Mereka itulah yang berhasil diperdaya oleh syetan pada detik-detik akhir hidup sehingga ia terjerumus dalam su’ul khatimah.
Sesungguhnya hti manusia itu berbolak-balik. Hati tidak dinamai qalbu yang secara harfiah berarti berbalik, kecuali karena dia berbolak-balik yang tidak selalu dapat berubah sekali senang dan sekali susah, sekali percaya dan dikali lain ingkar walau terhadap objek yang sama. Pembolak-balikan hati itu, tentu saja tidak dilakukan oleh Allah sewenang-wenng, tetapi melihat lubuk jiwa seseornag yang terdalam, melihat ketulusan dan keikhlasan, menilai riya dan pamrihnya karena itu manusia tidak boleh merasa yakin dengan amal-amalnya.
Allah SWT berpesan :

فَلاَ تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى ( النجم : 32 )
“Janganlah kamu menyarakan diri kamu suci, dia (Allah) yang mengetahui tentang siapa yang bertakwa”. (Qs. An-Najm : 32 )
Kehadiran ajal tidak diketahui oleh siapapun. Siapa tahu kehadirannya pada saat seseorag berada dalam lingkungan dosa, sehingga kematiannya tercatat sebagai su’ul khatimah.
Al-Qur’an al-karim mengabadikan dalam surat al-baqarah, pesan Nbai Ibrahim as kepada cucunya yang ditujukan juga kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya : “Sesungguhnya Allah telah memiliki agama ini bagi kamu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama.[18]
Makna dari ayat  diatas yaitu jangan meninggalkan agama Islam walau sesaatpun, sehingga dengan demikian, kematian pasti akan dating kepada setiap makhluk yang dikehendaki Allah, datangnya kematian tidak dapat diduga oleh siapapun. Jika diantara mereka meniggalkan ajaran ini walau dalam salah satu hidupnya, jangan-jangan sampai pada detik itu kematian datang merenggut nyawanya, sehingga mereka mati tidak dalam keadaan berserah diri kepada Allah, karena itu jangan sampai ada saat dalam hidup seseorang yang tidak disertai ajaran ini.
Syair Shadiq Hasan Khan berkata : “AKhir hidup yang buruk (su’ul khatimah) itu ada dua tingkatan, dimana tingkatan yang satu lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan yang satunya. Adapun tingkat kematian su’ul khatimah yang paling besar dan bahaya adalah jika saat seseorang itu mengalami dahsyatnya sakaratul maut, hatinya didominasi atau dibelenggu oleh keragu-raguan ataupun sikap pembangkangan kepada Allah, lalu ia dicabut nyawanya dalam keadaan seperti itu, segingga hijab (penghalang)pun membentang antara dirinya dengan Allah untuk selama-lamanya. Dan orang yang semacam ini selamanya ia akan jauh dari Allah dan mendapatkan siksa yang abadi.





[1]  Ahmad Zacky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila HUsnul Khatimah, (Yogyakarta : Mutiara Media, 2010)hal. 15
[2]  Ahmad ZAcky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila Husnul Khatimah, hal. 55
[3]  USt. Labib AZ, Bekal Menghadapi Kematian,(Surabaya : Mulia Jaya, 2003) hal.23
[4]  Imam Al-Ghazali, Konsep Hidup Sesudah Mati,(Bandung : Husaini, 2001) hal.170
[5]  Abdur Rahman Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur,(Boyolali : Az-Zahra, 2008) hal.61
[6]  Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati,(Surabaya : Amelia, 2003) hal.8
[7]  Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati, hal. 14-15
[8]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah,(Samarinda : Jaya Media, 2010) hal.32
[9]  Abdur Rahmadn Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur, hal. 46
[10]  Abdurrahman Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur, hal.51
[11]  Imam Al-Ghazali, Konsep Hidup Sesudah Mati, hal. 16
[12]  Ust. Labib Mz, Bekal Menghadapi Kematian, hal.17-18
[13]  M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian,(Jakarta : Lentera Hati, 2008) hal.77
[14]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah, hal. 10-11
[15]  Farid Manna, Anda Ingin Mati Seperti Apa,(Jakarta : Al-Mawardi, 2008) hal. 86
[16]  Ahmad Zacky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila Husnul Khatimah, hal.110-116
[17]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah, hl.16
[18]  M.Qurais Shihab, Kehidupan Setelah Kematian, hal. 78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar