Cari Blog Ini

Kamis, 21 April 2011

Riwayat Hidup Soekarno

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soekarno adalah manusia luar bisa yang pernah di lahirkan oleh ibu pertiwi, dan Soekarno adalah Fauding Father, orator ulang, berwibawa, karismatik, cendekiawan, ideolog, dan bahkan sosok yang sempurna sebagai pemimpin bangsa. Sebagai sosok yang menjadi pujaan dalam akhir perjalanan yang tidak menyenangkan bahkan ironis. Sebagai bapak pendiri bangsa, Soekarno harus menghadapi realitas dan rivalitas politik yang sangat menyakitkan, dan harus berakhir pada ironi kehidupan yang sangat menyesahkan. Di buang, di peras, di tendang dan di campakkan begitu saja oleh penguasa orde baru harus ia terima hingga akhir menjelang. Tidak ada penghormatan selayaknya pada sisi manusiawi Soekarno yang tengah di landa penyakit yang begitu takut hingga ajal menjemputnya; tidak ada penghormatan terhadap sisi perjuangan dan sumbang sihnya yang teramat basar bagi kemerdekaan negeri ini dari kolonialisme dan imperialisme dan kenyataannya Soekarno harus jatuh kelobang kehinaan akibat intrik politik yang sangat terdensius hingga akhir hayatnya pun harus berpulang ketiadaan respek terhadap bapak pendiri banga.
Oleh karena itu sangat sayang kiranya kita sebagai putra-putri bangsa Indonesia sang penerus bangsa tidak mengetahui sosok pendiri bangsa ini yang begitu di puja, dicinta, dan di rindukan oleh bangsa. Karena kegigihannya, keuletannya, demi mempertahankan dan memerdekakan bangsa Indonesia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul paper ini, penulis membatasi dan mengkaji beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kehidupan Soekarno?
2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran Soekarno pada masa perjuangan?
3. Tragedi wafatnya Soekarno?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagaimana judul yang telah di tentukan dalam penulisan paper, demikian tujuan penulis sebagai berikut:
1. Untuk lebih mengetahui betapa pentingnya sejarah tentang Sorkarno
2. Untuk mengetahui betapa banyaknya sejarah di Indonesia
3. Untuk membangkitkan generasi muda Indonesia agar bisa mempertahankan Indonesia selayaknya Bung Karno
4. Untuk mencari muda berbakat Indonesia agar berprilaku, bersikap, bersosial dan memiliki jiwa kepemimpinan seperti Bung Karno.
D. Metodelogi Penulisan
Dalam kesempatan ini, penulis tidak sekedar menulis dan menyusun akan tetapi penulis mempunyai metode tersendiri. Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan metode pustaka, metode ini merupakan cara dengan mendeskripsikan dan menganalisis tulisan. Penulis menyimpulkan hasil analisa yang bersumber pada buku-buku yang telah di baca serta mendeskripsikannya dalam tulis.
E. Sistematika penulisan
Dalam penyusunan paper ini, penulis menggunakan metode secara sistematis yangb terdiri atas empat bab yaitu:
Bab I: PENDAHULUAN]
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan dan perbatasan masalah, tujuan penulisan, metodelogi penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II: RIWAYAT HIDUP SOEKARNO
Bab ini merupakan sebuah penjelasan latar belakng Soekarno, baik di tinjau dari sosialnya maupun intelaktualnya.
Bab III: PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SOEKARNO
Bab ini merupakan inti dari sejarah Soekarno pada masa perjuangannya dan pemikiran-pemikiran Soekarno terdiri dari sepiritualits, nasionalisme dan damokrasi, berdikari, Anti kolonialisme, Anti Elitisme, persatuan nasional, marhaenisme, dan pancasila.
Bab IV: PENUTUP
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.





BAB II
RIWAYAT HIDUP SOEKARNO

A. Latar Belakang Sosial
Soekarno lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, Jawa timur, pada 6 juni 1901. Ejaan nama Soekarno tak penah di ubah olehnya. Dia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya yang tercantum dalam teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di beberapa negara barat, nama Soekarno kadang-kadang di tulis Ahmad Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika dia pertama kali berkunjung ke Amerika serikat (AS), sejumlah wartawan bertanya “siapa nama kecil Soekarno?” pertanyaan itu muncul karena mereka tidak mengerti kebiasan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagai mana, seorang lalu menambahkan nama Ahmad di depan nama Soekarno.
Semula namanya adalah Kusno Sosradiharjo. Tapi, karena kusno kecil sering sakit-sakitan, maka namanya di ganti menjadi Soekarno. Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosradiharjo, seorang guru kelahiran probolinggo, jawa timur, dan ibunya adalah Ida Ayu Nyoman Rai yang lahir serta merupakan kerabat seorang bangsawan di singa raja, Bali.
Menurut ibunya, kelahiran Soekarno di waktu fajar memiliki makna khusus. Kata Soekarno, ibunya pernah mengatakan: “kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, entgkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing. Kita orang jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang di lahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah di takdirkan terlebih dulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra dari sang fajar.”
Tanggal kelahiran Soekarno pun di pandangnya sebagai bertanda nasib baik. Dia mengatakan: “hari lahirku di tandai oleh angka serba enam. Tanggal enam bulan enam adalah menjadi nasib yang paling baik untuk di lahirkan dengan bintang Gemini, lambang kekembaran”. Soekarno melihat dirinya yang terdiri dari dua sifat yang berlawanan sebagai satu kemungkinan bertanda nasibnya di dunia politik." Karena aku terdiri dari dua belahan, aku dapat memperlihatkan segala rupa; aku dapat mengerti segala pihak; aku memimpin semua orang. Boleh jadi ini secara kebetualan bersamaan. Boleh juga pertanda lain, akan tetapi, kedua belahan dari waktuku itu menjadikanku seorang yang merangkul semuanya.”
Kejadian lain yang di anggap bertanda nasib oleh Soekarno adalah meletusnya gunung kelud ketika dia lahir. Mengenai hal ini, dia menyatakan: “orang yang percaya kepada takhayul meramalkan, ‘ini adalah penyambutan terhadap bayi soekarno”. Selain itu penjelasan tentang penggantian nama Kusno menjadi Karno pun memberi satu mitos lagi dalam diri soekarno kecil tentang dirinya sebagai calon pejuang dan pahlawan bangsanya. Kepercayaan akan pertanda-pertanda yang muncul di hari kelahirannya memberi semacam gambaran masa dalam benak soekarno sejak masa kecilnya.
Pada masa kecil soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung pada usia 14 tahun, seorang kawan ayahnya Haji Oemar Said Tjokroaminoto mengajaknya tinggal di surabaya dan di sekolahkan ke Hoogere Burger School (HBS). Soekarno pada awal abad ke-20, ketika kolonialisme- imperalisme Belanda memulai pembaruan politik etis di Hindia Belanda. Tak heran jika dia bisa bersekolah dengan cukup baik. Di Surabaya, soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin sarekat Islam, organisasi yang di pimpin Tjokroaminoto saat itu. Kemudian dia bergabung dengan organisasi Jong Java (pemuda jawa). Jong Java adalah organisasi pemuda yang semula bernama Tri Koro Darmo.
Semasa sekolah di HBS, Soekarno mulai menulis artikel politik melawan kolonialisme Belanda di Surat kabar pimpinan Tjokroaminoto yaitu Oetoesan Hindia. Karakter revolusioner Soekarno terbentuk dari rangkaian penderitaan hidup yang di alaminya. Soekarno muda tumbuh menjadi seorang yang penuh perasaan cinta kepada sesama, terutama kepada golongan yang tertindas dan terhisap. Pada saat yang sama, dia juga menjadi orang yang membenci penindasan. Hal ini terlihat jelas dalam penuturannya kepada Cindy Adams yang kemudian menuliskannya dalam buku Soekarno penjambung Lidah Rakyat Indonesia. Riwayat hidup Soekarno sendiri memperlihatkan bagaiman gambaran dirinya di masa depan dan persepsinya tentang Indonesia yang kemudian menggerakannya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Selamat HBS pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Fechnische Hoge School (sekaran ITB) di Bandung, dan tanat pada tahun 1925. Ketika kuliah di Bandung, dia berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Dowes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Setamatnya di HBS, Soekarno menolak menjadi pegawai pemerintah kolonial pada 4 juli 1927, dia bersama Mr. Sartono, Ir. Anwari, Mr. Sunaryo dan lain-lain.
Sejak masih beliau, usia 15-an tahun, Soekarno sudah di gemleng dalam kawah candra di mukanya nasionalisme. Dalam usianya masih “ijo” Soekarno sudah di masak di dapurnya nasionalisme. H.O.S Cokroaminoto menempa Soekarno dengan wawasan nasionalisme wawasan cinta tanah air. Cokropula yang membukakan matanya ihwal kemeralatan rakyat Indonesia. Cokropula yang membuka hati dan otaknya untuk bisa melihat secara jernih kehidupan bangsa Indonesia yang sudah dijajah Belanda ratusan tahun. Sebagai pelajar, Bung Karno harus bermain cantik dalam setiap aksi dan kegiatan yang sekira dapat di anggap atau setidaknya patut di nilai menentang pemerintah Hindia dan Belanda. Sebab, jika ketahuan melanggar, sanksinya jelas, bukan saja sanksi hukuman fisik, tetapi yang lebih ia takutkan adalah larangan bersekolah alias di –DO dari HBS, tempatnya menimba ilmu di Surabaya. Karenanya, dalam semua tulisannya Soekarno menggunakan nama samaran Bima. Nama Bima di ambil dari tokoh pewayangan epos Mahabharata. Bima adalah putra kedua pandu Dewanta. Dalam dunia wayang, Bima atau Wrekodara adalah penegak pandawa. Kakaknya Yudistira sedangkan tiga adiknya adalah Arjuna, dan Kembar Nakula-Sadewa. Bima adalah sosok kesatria pemberani, prajurit besar sekaligus seorang pahlawan.
Dalam biografinya, Bung karno menyebutkan, tak kurang dari 500 artikel yang ia tulis dan di terbitkan di majalah Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima. Tulisan-tulisan Bima cukup menggemparkan kalangan rakyat pro kemerdekaan. Tulisan-tulisan Bima menjadi perbincangan di seluruh pelosok negeri, utamanya jawa, dan lebih spesifik, jawa timur. Itu karena Bima dalam setiap tulisannya mengangkat realita kehidupan rakyat yang terjajah di satu sisi, dan kerakusan pemerintah Hindia Belanda di sisi lain dalam menguras sumber daya alam, tanpa sedikitpun menyisakan bagi kesejahteraan rakyat, pewaris negri yang sah.
Ayah-ibunya, Raden Soekemi dan Idayu pun turut memperbincangkan tulisan-tulisan Bima. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengira bahwa Bima sang penulis, tak lain adalah putra kesayangan yang mereka idam-idamkan menjadi pemimpin kelak. Bung Karno sendiri sadar, muncul pada usia dini dengan pemikiran-pemikiran radikal hanya akan memupus kesempatannya menimba ilmu lebih lanjut. Sebab, pemerintahan penjajah Hindia Belanda tidak akan segan-segan menyerang siapapun bahkan membunuh Inlader yang berani menyebarkan benih-benih kebencian trerhadap pemerintahan kolonial itulah Bima sang penulis. “Bima” yang berusia belasan tahun mampu merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, menjadi narasi politik yang menggemparkan.
Soekarno adalah sosok yang luar biasa. Tidak heran jika para pengamat mengatakan bahwa selama 100 tahun belum tentu di Indonesia lahir seorang tokoh seperti Soekarno. Dia adalah pemimpin besar, orator hebat, juga diplomat yang ulung. Dia telah memberikan asas, metode, dan tujuan perjuangan kebangsaan selama kurun waktu tahun 1928-1929.
Seorang tokoh besar seperti Soekarno memang menjadi bahan kajian yang tidak pernah habis dan membosankan. Selalu ada unsur dan polemik baru yang lahir dari tokoh ini di sepanjang karier politiknya. Masa pendidikan politik, Soekarno di bentuk di dua Kota berbeda yang mengenalkannya pada dua ideologi modern, yaitu sosialisme dan nasionalisme. Di Surabaya, Soekarno mengaku pertama kali mengenal Marxisme melalui Alimin ketika dia tinggal di asrama. Di asrama ini, dia juga mengenal Muso, Semaun dan Darsono. Mereka adalah orang-orang kiri yang kelak mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kepindahan Soekarno ke Bandung pada Juni 1921 untuk masuk ke Technische Hoogeschool membawanya berkenalan dan menyerap nasionalisme radikal dari Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker.
Sosok Soekarno menampakan cita dan citranya sebagai manusia yang menyimpan aneka bakat, pengagum keindahan, pemerhati kesenian, dan pencipta seni. Minat dan bakatnya pada duia seni sudah tampak sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Soekarno memiliki sembilan orang istri dan delapan orang anak putra maupun putri adapun salah satu istrinya yang bernama Hartini. Dia adalah satu-satunya istri yang berada di samping ketika Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Soekarno wafat pada Selasa, 16 Juni 1970.


B. Latar Belakang Intelektual
Pada tahun 1930 Soekarno di tahan oleh pemerintah Kolonial Belanda dan kemudian di jatuhi hukuman selama 4 tahun di penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember 1929 karena intensitas kegiatan politiknya. Delapan bulan kemudian, kasusnya di sidang. Dalam pembelaannya di Landraad, Bandung yang berjudul “Indonesia Menggugat”, Soekarno menegaskan perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda. Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI dibubarkan. Pidato pembelaannya menggerakan dunia internasional. Akibatnya, pemerintah kolonial pada 31 Desember 1931 terpaksa membebaskan Soekarno sebelum Massa hukumannya selesai.
Setelah bebas dari penjara Sukamiskin, Soekarno masuk ke Pertindo (partai Indonesia), dan memimpin majalah partai yang radikal yaitu Fikiran Rakyat. Akibat aktivitasnya itu, dia kembali di tangkap Belanda dan di buang ke Ende, Flores, pada tahun 1933. Pada tahun 1938, dia di pindahkan ke Bengkulu. Di Ende, Soekarno mendirikan perkumpulan sandiwara yang di beri nama Kelimutu, dan sempat mementaskan cerita. Cerita karangannya, seperti Dr. Syetan dan 1945. Kegiatan itu di teruskan di Bengkulu. Bahkan di tempat pengasingan yang baru itu dia aktif dalam kegiatan pendidikan lewat Muhammadiyah.
Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang di sebutnya “Pancasila”. Lalu pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya, dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18 Agustus 1945, Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada masa pemerintahannya, dia turut mengusahakan persatuan Nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin dengan mengadakan Konperensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi gerakan Non Blok.
Setelah G 30 S pada tahun 1956. Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemart) yang kemudian di anggap kontroversi. Jabatan presiden berganti dari Soekarno kepada Soeharto, Seorang Jendral Angkatan Darurat yang banyak berperan dalam penumpasan PKI (Partai Komunis Indonesia).
Soekarno mengenal politik sejak usia balasan tahun, tepatnya ketika dia bersekolah HBS di surabaya. Pada waktu itu, dia tinggal di rumah tokoh pergerakan nasional, yaitu H.O.S Tjokroaminoto. Sejak lama, dia juga mengagumi gaya pidato K.H. Ahmat Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang saat ini kerap berkunjung ke sana, kata Soekarno: “Dari pak Tjokro, aku belajar Islam dan Sosialisme. Aku menghirup lebih banyak lagi persoalan politik dan nasionalisme dari kawannya yang datang ke rumah itu”. Pada waktu itu, tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Douwes Dekker, Tjicto mangunkusumo, Sneevliet, dan Husni Thamrin, sering berkandang di rumah Tjokroaminoto di jalan Paneleh. Mereka mendiskusikan berbagai persoalan kebangsaan. Di rumah itu pula, Soekarno bergaul dengan Alimin, Muso dan Kartosuwiryo. Mereka adalah para pemuda yang kemudian menjadi pelaku-pelaku penting sejarah Indonesia.
Soekarno bahkan pernah menyebut Kartosuwiryo, kelak menjadi pemimpin DI/TII, sebagai teman makan dan mimpinya. Sementara Alimin dan Muso di anggapnya sebagai guru dalam bidang politik. Kedua orang itu kemudian pergi ke Rusia, belajar komunisme, lalu pulang ke Indonesia dan, mendirikan PKI (Partai Komunis Indonesia).
Musa kembali ke tanah air beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, dan memimpin pemberantakan PKI di madiun pada tahun 1948. Dalam peristiwa tersebut, Alimin tidak terlalu terlibat. Musa kemudian tewas, Soekarno sendiri kerap membesuk Alimin yang sakit. Sakitan di hari tuanya, walau sikap baiknya itu mendapat ancaman dari lawan-lawan politiknya. Soekarno mengaku memperdalam masalah nasionalisme dan ekonomi dari Sun Yat Sen, tokoh gerakan nasionalis china yang menerbitkan buku Son Min Chu-I. Dia juga membaca Karl Marx dan Thomas Jafferson. Mungkin hal itulah kata dia, yang menyebabkan dirinya menjadi sasaran dari berbagai salah pengertian.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang di dirikan setahun kemudian. Pada tahun 1926 pula, terbit artikelnya yang terkenal yaitu “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” yang di muat dalam Suluh Indonesia Muda. Artikel ini di tulisnya sebagai bentuk keprihatinan atas perseteruan si pimpinan Agus Salim dengan si merah (Serekat rakyat) pimpinan semaun dan kawan-kawan. Dalam artikel tersebut, Soekarno mengatakan:
“Bukan kita mengharap yang nasionalis itu supaya berubah paham jadi Islamis atau marxis, bukannya maksud kita menyuruh marxis dan islamis itu berbalik menjadi nasionalis, akan tetapi impian kita adalah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu.”
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkan di tangkap Belanda pada Desember 1929, dan memunculkan pleidoinya yang fenomenal, yaitu Indonesia Menggugat. Dia lalu di bebaskan pada 31 Desember 1931, Pada Juli 1932, Soekarno bergabung dengan pertinda, pecahan dan PNI. Namun, dia kembali di tangkap pada Agustus 1933, lalu diasingkan ke Ende, Flores. Soekarno baru kembali bebas semasa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
PNI merupakan partai politik tertua di Indonesia, partai ini di dirikan pada 4 Juli 1927 dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Isqak Tjokrohadisurjo, dan Mr. Sunario, Selain itu, para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang di ketuai oleh Soekarno, dia pun ikut bergabung dengan partai ini.
Pada tahun 1928, Perserikatan Nasional Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Setahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda menilai PNI sebagai organisasi yang membahayakan, karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan. Pemerintah kolonial lantas mengeluarkan perintah penangkapan pada 24 Desember 1929, Penangkapan baru dilakukan pada Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Sebelumnya, Soekarno berpidato di depan peserta rapat permufakatan penghimpunan politik kebangsaan Indonesia di Solo. Diatas mimbar Soekarno muda mmengepalkan tangannya. Suaranya menggelepar, mengorbankan semangat: “Imperialis, perhatikanlah! Dalam waktu yang tidak lama lagi, perang pasifik menggeledek, memenyambar-menyambar membelah angkasa. Apabila Samudra Pasifik merah oleh darah, dan bumi di sekelilingnya menggelegar oleh ledakan bom dan dinamit. Di saat itulah rakyat Indonesia menjadi bangsa yang merdeka”.
Ramalan Soekarno kemudian terbukti benar. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berkumandang 16 tahun kemudian setelah didahului perang pasifik yang amat dasyat, yang membuat Belanda tetrdepak dari tanah Nusantara dan di susul dengan kekalahan Jepang oleh sekutu. Perkiraan itu, kata Soekarno, bukan ucapan tukang tenung, bukan pula pantulan dari harapan berdasarkan keinginan belaka. Di mata Soekarno, ramalan itu adalah hasil perhitungan berdasarkan situasi revolusioner yang akan datang. Kata dia, “Aku melihat, Jepang pada waktu itu terlalu agresif.”
Pemeritahan kolonial Belanda menilai Soekarno menyebarkan kabar bohong lewat pidatonya. Dia di tuding menghasut rakyat untuk melawan pemerintah kolonial. Tak heran jika Soekarno lantas di tangkap di Yogyakarta, beberapa jam sesuai berpidato di solo tersebut. Esoknya, dengan kereta api, dia di bawa ke Bandung dan di jebloskan ke penjara. Soekarno kemudian di adili di Landroad, Bandung, bersama tiga tokoh PNI lainnya, yaitu Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadiredja, dan Supriadinata. Sidang pengadilan terhadap para tokoh yang di tangkap ini di lakukan pada 18 Agustus 1930. Dalam masa pengadilan inilah Soekarno menulis Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai pleidoi.
Dalam sidang pengadilan, Soekarno tetap yaki bahwa perang pasifik akan terjadi. Keyakinan itu jelas dia ungkapkan dalam Indonesia Menggugat. Dalam ramalannya: “Perang pasifik bukan perang kecil-kecilan. Tetapi suatu peperangan untuk soal to be or not to be. Soal hidup dan mati.” Ramalan akan meletusnya pasifik itu, kata Soekarno, buakn di pungut dari tukang ramal jalanan, melainkan buah analisis sarjana Barat terkemuka. Dia memaparkan teori-teori perang pasifik akan pecah akibat ulah Jepang yang bermaksud melancarkan revolusi di Asia.
Soekarno juga menguraikan teori perang pasifik yang di sodorkan oleh Karl Haushofer dari Universitas Munchen, Jerman, dalam bukunya yang berjudul Geopolitik des Pazifischan Ozeanss. Ramalan senada di ungkapkan oleh Ernest Reinhard, penyelidik dari Swiss, dalam buku Imperialistische Politik im Fernen Oste. Soekarno menulis dalam Indonesia Menggugat, pleidoi setebal 188 halaman itu: “Kami perlu memberitahu rakyat kami, akan adanya perang pasifik. Untuk menggugah keyakinan rakyat Indonesia akan perlu lekas-lekas menjadi bangsa yang merdeka.
Lewat pleidoinya, Soekarno menohok praktik kebobrokan kapitalisme dan imperialisme. Menurutnya, kapitalisme adalah sistem pergaulan hidup yang timbul dari Cara produksi yang memisahkan kaum buruh dengan alat-alat produksinya. Kapitalisme telah menyerat rakyat pada kemiskinan. Oleh karena itulah, dia menolak sistem kapitalisme yang di anggapnya sebagai eksploitasi manusia terhadap manusia. Soekarno jelas mengecam imperialisme yang indentik dengan kolonialisme: “Imperialisme adalah suatu paham, ia buka ambtenar, bukan pula badan apapun. Ia adalah nafsu, suatu sistem menguasai atau memengaruhi ekonomi bangsa lain. Nafsu imperialisme telah mengubah tanah-tanah Indonesia yang subur menjadi perkebunan-perkebunan yang di kuasai Belanda”.
Meski anti- kapitalisme, Soekarno tak sampai menjadi komunis. Jal itu ia katakan dalam berbagai kesempatan: “dalam bidang politik, Soekarno adalah nasionalis. Dalam bidang ideologi, aku menjadi sosialis. Aku katakan, aku bukanlah komunis. Aku seorang sosialis. Aku seorang kiri.” Menurutnya, orang-orang kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis dan imperialis. Nasionalisme tanpa keadilan sosial menjadi nihilisme. Soekarno menyatakan bahwa dirinya bisa menarik persamaan sosialismenya dengan Declaration of Indepedence-nya AS. Dia juga menarik persamaan spiritual dari Islam dan Kristen, dan persamaan ilmiah dari Karl Marx. Kemudian dia memercikkan unsur gotong royong sebagai jiwa idolologinya. Percampuran semua itulah yang menurutnya akan menghasilkan Sosialisme Indonesia. Pleidoi Soekarno itu tetap saja membuatnya masuk penjara. Setelah di adili di pengadilan Belanda, dia dan para tokoh PNI lainnya di masukan ke dalam pemjara Sukamiskin, Bandung.
Pada tahun 1931, kepemimpinan PNI berubah dari Ir. Soekarno kepada Mr. Sartono. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk partindo akhirnya membentuk PNI baru. Soekarno sendiri memilih bergabung dengan partindo.

BAB III
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SOEKARNO


A. Spiritualitas
Sebagai sosok yang memiliki prinsip tegas, Soekarno kerap dianggap sebagai tokoh kontroversal. Di mata lawan-lawan politoknya di tanah air, dia dianggap mewakili sosok politisi abangan yang “kurang islami”.bahkan menggolongkannya sebagai pemimpin “Nasionalis sekuler”.
Menurut Cliffor Geertz, Gaya religius Soekarno adalah gaya Soekarno sendiri. Kepada Louise Fischer, Soekarno pernah mengaku bahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, Hindu. Di mata pengamat, seperti Geertz, pengakuan semacam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansif seolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”. Sebaliknya, ungkapan semacam itu, kata B. J. Baland, hanya merupakan perwujudan dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa. Bagi penghayatan spritual Timur, ucapan itu justru “merupakan keberanian untuk menyeruakan berbagai pikiran yang mungkin bisa di tuduh para agamawan formalis sebagai bid’ah”.
Latar belakang kejawen. Hindu dan Buddhisme sangat kuat mendasari spiritualitas Soekarno. Sehingga dia jauh dari sifat “Ortodoksdogmatis” dalam pemikiran keagamaannya, dan tidak bercorak formal santri dalam ke islamannya. Soekarno menyenangi bentuk sufisme yang bebas, agama yang di perlikan sebagai “Bahasa kasih sayang”. Bahkan agama yang penuh passion. Posisi keagamaan Soekarno berbeda misalnya dengan Haji Agus Salim, A. Hassan, dan Mohammad natsir, yang dikenal sebagai pemiir-pemikir Islam yang bercocok Ortodoks (Nasional dan Doktriner). Dalam bayangan Bernard Dahm, Soekarno total menjadi seorang tokoh dalam sebuah epos. Bagi Soekarno. Nasionalisme, agama, dan marxisme seolah-olah meruoakan doktin trinitas dalam agama Kristen yang tak bakal ditinggalkan sampai kapan pun dunia akan berakhir.
Soekarno adalah seorang Muslim dan bahkan di timur tengah di akui sebagai seorang pemimpin Muslim. Sayangnya, di Indonesia, Soekarno lebih sering dipandang sebagai seorang pemimpin nasionalis dari pada seorang pemimpin Muslim.
Menurut Soekarno, umat Islam memang berpegang pada ajaran al-Qur’an dan hadist. Tapi bukan nyalanya, bukan apinya, debunya, asbesnya. Abunya yang berupa celak mata dan sorban. Tetapi bukan apinya, yang menyala-nyala dari ujung zaman yang asatu ke zaman yang lain. Oleh karena itu, dia sering melontarkan kritik terhadap model pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dikenal umat Islam saat itu, kuno dan tidak sesuai dengan semangat zaman. Lantaran ia hanya terpaku pada sistem pengajaran yang cenderung memisahkan antara aspek keagamaan dengan aspek ilmu pengetahuan umum. Ringkasnya, pendidikan Islam yang di pabdu dengan pendidikan ilmu pengetahuan umum itulah yang di kehendaki Soekarno.
Dalam di Bawah Bendera Revolusi. Soekarnio mengatakan:
“Saya tahu, Tuan punya pesantren, bukan universitas. Tapi alangkah baiknya kalau Toch Washern Science. Disitu di tambah banyaknya. Demi Allah, ‘islam Science’ bukan hanya pengetahuan Qur’an dan hadist sahaya: “ialam science” adalah pengetahuan Qur’an dan hadist plus pengetahuan umum! Orang tidak dapat memahami betul Qur’an dan hadist, kalau tak berpengetahuan umum...”
Dalam pandangan Soekarno, untuk membangkitkan kembali dunia Islam yang sedang tertidur lelap ini. Maka tidak ada Cara lain, kecuali membangun para akal, serta memfungsikan kembali akal dan rasio secara perlahan-lahan tapi pasti. Umat islam harus berani melepaskan diri dari kungkungan masa lalu. Mengeluarkan diri dari “penjara taqlid”, dan memberanikan diri untuk menatap masa depan yang serat dengan kopetensi dan kompleksitaskultur dan ilmu penetahuan.
Pada asas ini, Soekarno pernah mengatakan:
“Mariah kita memerdekakan kita punya roch, kita punya akal, kita punya pengetahuan dari ikatan-ikatannya kedjumudan, hanya dengan roch, akal,dan pengetahuan sang merdekalah kita bias mengerdjakan penyelidikan kembali, her-orientation, zelfcorretie yang sempurna…”.
Soekarno menyakini al-Qur’an adalah wahyu ilahi, kitab keramat, penuh teka-teki, nilai sacral, dan karena itu harus di jungjung tinggi oleh umat islam. Bagi Soekarno, Al-Qur’an telah memberikan kontribusi bagi perubahan kehidupan yang revolusioner, bukan saja di tanah Arab, melainkan di seluruh dunia. Menurutnya.
“Satu revolusi yang bukan lagi sebagai kita punya revolusi. Satu revolusi pancamuka, lima macam, tetapi mungkin ini revolusi yang di adakan oleh tuha via quran itu adalah revolusi dasamuka. Sebagaimana revolusi yang ia macam sekaligus”.
Sebagai fajar sehabis malam yang gelap-gulita, sebagai penutup abad-abad kegelapan. Maka di dalam abad 19 berkilau. Kilauanlah di dalam dunia ke islaman sinarnya dua pendekar, yang namanya tak akan hilang tertulis dalam buku riwayat muslim : Sheikh Mohammad Abdouh. Rector sekolah tinggi Azhar, dan Seyid Djamaludin el afghani dua penglima pengislamisme yang telah membangunkan dan menjunjung rakyat-rakyat islam di seluruh benua asia dari pada kegelapan dan kemunduran. Walaupun pada sikapnya dua pahlawan ini ada perbedaan sedikit satu sama lain – Sayid Djamaluddin el afghani ada lebih redikal dari Sheikh Mohammad Abdouh – maka merekalah yang membangunkan lagi kenyataan –kenyataan islam tentang politik, terutama Syaid Djamaluddin, yang pertama-tama membangunkan rasa pahlawanan dihati sanubari rakyat-rakyat muslim terhadap pada bahaya inperialisme Barat, merekalah terutama Syaid Djamaluddin pula, yang mula-mula mengutbahkan suatu barisan rakyat islam yang kokoh, guna melawan bahaya inperialisme Barat itu.
B. Nasionalisme dan Demokrasi
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan titik pusat dan keberhasilan penggalang nasionalisme sejak dia masih menjadi mahasiswa. Soekarno sudah mengingatkan ancaman imperialisme dan kolonialisme ekonomi dalam tulisan yang dibuat pada tahun 1933 yang berjudul Di bawah Bendera Revolusi. Nasionaliisme adalah sosio- nasionalisme, yang berarti nasionalisme Marhaen yang menolak borjuisme. Sedangkan demokrasi adalah sosio- demokrasi yang artinya demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Kata Soekarno dalam pidato 17 Agustus 1964, “Firman Tuhan, inilah gitaku”. Firman Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu: Innallaha la yu ghaiyiru ma biqaumin, hatta yu ghaiyiru ma bianfusihim”.
Sementara dalam pidato 17 Agustus 1965, Soekarno menyatakan : “Asal kita setia pada hukum sejarah dan asal kita bersatu dan memiliki tekad baja, kita bisa memindahkan Gunung Semeru Gunung Kinibalu sekalipun. “Dalam pidato lahirnya pancasila, 1 Juni 1945, dia mengatakan: “tetapi tanah Air kita Indonesia hanya satu bagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini! Gandhi berkata: “Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah peri kemanusiaan”.
Menurut Soekarno, internasional (peri kamanusiaan) hanya akan tumbuh subur jika berakar di dalam bumi nasionalisme. Nasionalisme demikian adalah nasionalisme yang chauvinis atau sempit seperti terjadi di Jerman pada masa Adolf Hitler yang meyakini “Deutschland Uber Alles”. Nasionalisme Indonesia harus tumbuh di atas kekeluargaan bangsa-bangsa yang mampu mempersatukan keragaman suku, budaya, dan agama dalam horozon persatuan umat manusia yang hakiki.
Soekarno memercayai persatuan, bukan kesatuan. Itulah sebabnya dia memilih Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan. Secara filosofis, Soekarno meyakini bahwa ke-ika-an merupakan tali persaudaraan yang menjadi pengikat umat manusia di dunia untuk hidup rukun, damai, dan sejahtera.
Dasar demokrasi Soekarno adalah permufakatan atau permusyawaratan. Semangat Soekarno adalah refleksi jiwa Nusantara. Semangatnya merupakan pohon kesadaran di tanam ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu, oleh para wali, empu, resi, dan begawan bijak yang pernah lahir mengisi kehidupan di Nusantara.
C. Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri)
Hal menonjol dari pribadi Soekarno adalah sikap politik yang mandiri melalui ajaran Trisakti yaitu:
1. Berdaulat dalam politik
2. Berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari) dalam ekonomi
3. Berkepribadian di bidang budaya.
Soekarno memang menganut ideologi pembangunan berdikari. Dia pernah dengan gagah mengejek AS dan negara-negara kapitalis lainnya : “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu. Soekarno mengajak Negara-negara berkembang untuk bersatu. Dia juga menggelorakan semangat revolusi bagi bangsa Indonesia serta menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Soekarno memiliki selogan yang kuat untuk menggantungkan cita-cita setinggi bintang demi membawa rakyat Indonesia menuju kehidupan sejahtera, adil dan makmur. Soekarno berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak bangsa Indonesia untuk berdiri di atas kala sendiri walaupun dia belum berhasil membawa rakyat ke dalam kehidupang yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai tujuan, tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Dari pada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (neo-kolonialisme).
D. Anti-kolonialisme
Pada 17 Mei 1956, presiden Soekarno mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat dalam rangka kunjungan resminya ke negri tersebut. Meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan imperialism namun Soekarno mendapat sambutan luar biasa di AS. Menurut Soekarno, yang pertama-tama perlu di sadari adalah bahwa alasan utama kenapa para kolonialis Eropa datang ke Asia bukanlah untuk menjalankan suatu kewajiban luhur. Mereka datang terutama “untuk mengisi perutnya yang keroncong belaka.” Artinya, motivasi pokok dari kolonialisme itu adalah ekonomi.
Soekarno muda menentang kolonialisme dan kapitalisme itu. Keduanya melahirkan struktruk masyarakat yang eksploitatif. Sebagai suatu sistem yang eksploitasi, kapitalisme itu mendorong imperialism, baik imperialism politik maupun imperialism ekonomi. Soekarno mengibaratkan imperialism sebagai “Nyai Blorong” alias ular naga. Kepala naga itu, menurut dia, berada di Asia dan sibuk menyerap kekayaan alam Negara-negara terjajah. Sementara itu tubuh dari ekor naga itu ada di Eropa, menikmati hasil sarapan tersebut. Bersama dengan kolonialisme dan kapitalisme, imperialism. Merupakan tantangan besar bagi setiap orang Indonesia yang menghendaki kemerdekaan.
E. Anti-Elitisme
Selain kolonialisme dan imperialisme, di mata Soekarno muda ada tantangan besar lain yang tak kalah pentimgnya untuk di lawan, yakni elitisme. Elitisme mendorong sekelompok orang merasa diri memiliki status sosial-politik yang lebih tinggi dari pada orang-orang lain, terutama rakyat kebanyakan. Elitisme ini tak kalah bahayanya, menurut Soekarno, karena melalui sistem Feodal yang ada ia bisa praktikkan oleh tokoh-tokoh pribumi terhadap rakyat negara sendiri, elitisme bisa menjadi penghambat sikap-sikap demokratis dalam masyarakat modern yang di cita-citakan bagi Indonesia Merdeka.
Soekarno muda melihat bahwa kecenderungan elitisme itu tercermin kuat dalam struktur bahasa Jawa dengan pola “Kromo” dan “Ngoko”-nya mendukung adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat
Dalam kaitan dengan usaha mengatasi elitisme itu di tegaskan bahwa Marhaenisme “menolak tiap tindak borjuisme” bagi Soekarno, merupakan sumber dari kepincangan yang ada dalam masyarakat. Ia berpandangan bahwa orang tidak seharusnya berpandangan rendah terhadap rakyat. Sebagaimana di katakan oleh Ruth McVey, bagi Soekarno rakyat merupakan “pandangan mesianik dari proletariat dalam pemikiran Marx”, dalam arti bahwa mereka ini merupakan “kelompok yang sekarang ini lemah dan terampas hak-haknya, tetapi yang nantinya, ketika di gerakan dalam gelora revolusi, akan mampu mengubah dunia”.
F. Persatuan Nasional
Persatuan Indonesia adalah cita-cita paling mendasar yang di perjuangkan oleh Soekarno. Bagi Soekarno sistem politik yang paling cocok dengan “kepribadian” dan “budaya” khas bangsa Indonesia adalah sistem yang mementingkan kerja sama, gotong royong, dan keselarasan. Dia mengancam “Individualisme” yang menurutnya lahir dari Liberalisme Barat. Individualisme itu melahirkan egoisme, dan terutama dicerminkan oleh pertarungan antar-partai.
Bagi Soekarno, gerakan islam, nasionalis, dan Marxis mempunyai tujuan yang sama, yaitu melawan kapitalisme dan imperialisme. Pada tahun 1960, Presiden Soekarno mendeklarasikan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunis). Ini merupakan tiga kekuatan politik yang di wakili oleh PNI, Nahdiatul Ulama sebagai kelompok agama, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kata Soekarno, “Nasakom adalah jiwa yang berisi tiga kekuatan tempat kami berdiri tegak, Soekarno juga gandrung terhadap persatuan Indonesia. Baginya, Persatuan Indonesia adalah conditio sine qua non (syarat mutlak) bagi tegak dan jayanya Indonesia. Hal ini di tegaskan dalam pidato lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945.
G. Marhaenisme
Marhaenisme merupakan ajaran Soekarno. Marhaenisme berasal dari kata Marhaen, orang yang di temui oleh Soekarno saat ia masih muda dulu. Konon Soekarno bertemu dengan Marhaen secara kebetulan ketika sedang berjalan-jalan di daerah Cigelereng Bandung. Dia melihat seorang petani yang sedang menggarap sawah dan kemudian menghampirinya serta mengajaknya bicara. Setelah lama kemudian berbincang-bincang di situlah berkembangnya paham Marhaenisme.
Ketika itu Soekarno heran, mengapa seorang memiliki alat prodoksi sendiri malah miskin. Petani itulah gambaran masyarakat Indonesia. Jadi, Marhaenisme adalah ajaran Soekarno tentang masyarakat Indonesia yang seutuhnya.
Marhaeniusme merupakan sebuah pemikiran ideology yang membela kaum Marhaen atau kaum yang di miskinkan oleh system. Marhaenisme bukanlah suatu perlawanan terhadap ideology Indonesia. Marhaenisme juga bukan suatu asas pemberontakan, tetapi merupakn cara berfikir rakyat dalam berkehidupan di Indonesia.
Soekarno adalah penganut tradisi pemikiran Marxis, karena cara berpikirnya menunjukkan cirri-ciri tradisi pemikiran Marxis, yaitu dengan mrlihat sesuatu melalui titik pandang cara produksi (made of production). Marhaenisme merupakan antithesis dari praktik-praktik Imperialisme yang dengan serakah mengurus kekayaan dari Indonesia. Marhaen adalah kaum melarat di Indonesia, yang berbeda dengan proletar, yang masih memiliki alat-alat produksi, walau dalm skala kecil.
H. Pancasila
Suatu Ideology atau Filsafah hidup (kita lihatlah pancasila sebagai ini) tidak di kompakkan kepada seseorang tanpa memperhatikan kondisi dirinya, apalagi kalau Ideologi atau Filsafah hidup itu di kenal ketika ia sudah besar. Soekarno mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar Negara skaligus arah tujuan Negara Indonesia. Pancasila di gali oleh Soekarno dari saf-saf kebudayaan peradaban Nusantara sejak masa pra-Hindu, masa Hindu, masa kedatangan islam, dan masa kontak dengan imperialism Eropa Barat. Artinya, Pancasila dalam pandangan Soekarno dan pendiri bangsa sudah menyatu dengan hakikat alam pikir, karakter, kepribadian, dan sifat tanh air Indonesia dengan segala kekhasannya.
Soekarno menandaskan bahwa kelima sila merupakan kesatuan tak terpisahkan. Perisai pancasila yang tergantung di leher lambing Negara burung Garuda yang menggenggam erat semboyan “Bhineka Tunggal Ika” adalah semboyan kesatuan. Ruh pancasila terangkum menggerakkan bangsa ke cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 yang tergambar pada jumlah bulu-bulu pada sayap, leher dan kaki burung Garuda. Kesatuan sila-sila dalam perlambangan burung Garuda itu ia jelaskan dalam kursus-kursus tentang pancasila. Dia yakin jika lambing Negara ini di ubah, niscaya sebagian besar rakyat akan menentangnya, karena cinta rakyat akan lambing Negaratelah terpaku sedalam-dalamnya di kalbu bangsa.

BAB lV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan mengucap Alhamdilillah penulis menyimpulkan sebuah Judul yang telah tertera di dalam karya tulis ini :
Sejarah Soekarno merupakan sejarah yang perlu kita ketahui di mana sejarah Soekarno ini perlu kita ketahui kelatar belakangan Sosialnya maupun Intelektualnya. Di dalam sejarah ini keteguhan dan keuletan jelas terlihat dalam kegigihannya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Soekarno adalah Presiden pertama di Indonesia, di dalam masa perjuangan atau pemerintahannya banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi seperti peristiwa Wafatnya Soekarno, konon ia meninggal dengan perawatan tim medis yang kurang professional atas adanya masa orde baru, Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 dan Wafat pada 16 Juni 1970.
B. Saran-saran
Dalam penulisan Paper ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran kepada pembaca agar jang pernah bosan untuk mengetahui sebuah sejarah, dalam hal sejarah apapun, sebab sejarah dapat mencerminkan diri untuk menjadi kaca perbandingan di masa yang akan dating. Kepada para pembaca agar jangan pernah bosan untuk membaca, menbaca dan terus membaca karena dengan membaca kita akan lebih mengetahui dari apa yang belum di ketahui dan wawasan pun semakin luas dan dengan membaca kita bias menjadi lebih berkarya dengan ilmu yang telah klita dapati.

DAFTAR PUSTAKA

Susilo Adi Taufuk, Soekarno Biografi Singkat 1901-1970, Garasi, Yogyakarta, 2008
Daras Roso, Bungkarno Serpihan Sejarah Yang Tercecer, Imania, Depok 2010, Cet. Ke-1
Soekarno, Dibawah Bendera Rovolusi, Panitya, Jakarta, 1963
Http:// Web.com
Noor, Dehar, Islam Pancasila Dan Asas Tunggal, Yayasan Perkhidmatan, Jakarta 1983, Cet. Ke-1

Hakikat mati yang sebenarnya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan di dunia bagaikan lautan, kadang jernih kadang pula keruh, kehidupan terus mengalir bagaikan air laut namun di tengah aliran itu pasti ada saja ombak yang deras menghantam kita dan kerikil yang menggores diri, begitu juga dengan kehidupan yang kita jalani di muka bumi ini, begitu banyak cobaan yang menerpa kita selama selama kita bisa menjalaninya dengan baik, pasti rahmat dan hidayah Allah selalu dating kepada kita, namun di balik kehidupan yang begitu indah, manusia tidak akan lepas dari yang namanya kematian. Sebagaimana firman Allah dalam kitab suci-Nya :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
 “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian”.
Kematian adalah peristiwa yang pasti, akan terjadi pada setiap makhluk hidup tidak peduli kapan dan dimanapun tempatnya jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka ia pasti akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, mau ataupun tidak mau ia pasti akan mati, jika sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolong dari kematian.
Tak perlu takut menghadapi kematian sebaik-baik kematian bagi umat muslim adalah husnul khatimah. Izrail datang dengan wajah yang berseri penuh dengan senyum ketika ia mencabut ruh kita, ia mencabutnya dengan penuh kasih saying, sementara rasa sakit lantaran sakaratul maut yang memilukan itu menjadi terkalahkan dan keindahan baying-bayang surgawi yang begitu indah, lalu kita pun dapat menuju mata dengan senyum menghias bibir sebab ruh kita telah disambut oleh para bidadari yang jelita sang penghuni surge.
Namun sebaliknya jika su’ul khatimah yang kita dapakan dalam akhir kehidupan kita maka izrail pun mencabut ruh kita tanpa ada rasa kasih saying, begitu sakitnya sakaratul maut yang telah dijalaninya peristiwa inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengambil judul “HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA”.
B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya pembahasan tentang yang menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dan melebarnya permasalahan dalam karya tulis ini, oleh karenanya penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan kematian?
2.      Apa bekal menghadapi kematian?
3.      Apa itu sakaratul maut?
4.      Bagaimana cara mengingat mati?
C.     Tujuan Penulisan
Setiap orang yang membuat sesuatu pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu begitu juga penulis, penulis memiliki tujuan-tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ini dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk memahami makna kematian
2.      Agar dapat mengetahui bekal menghadapi kematian
3.       Untuk lebih mengetahui tentang sakaratul maut
4.      Agar dapat mengetahui cara mengingat mati.
D.    Metode Penulisan
Penulisan dalam menyusun karya ilmiah menggunakan metode deskriptif, karena dengan metode ini dapat mempermudah penulis dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengumpulkan dari berbagai macam-macam buku ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
E.     Sistematika Penulis
Karya tulis ini disusun penulis ini terdiri dari empat bab, dengan harapan agar penulis dapat mudah memaparkan pembahasan dan mempermudah pemcara dalam mencerminkan dan memahami karya tulis ini. Adapun karya tulis ini terdiri dari berbagai bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA
Bab ini menjelaskan tentang definisi kematian, sakaratul maut, bekal menghadapi kematian dan keutamaan mengingat mati.
BAB III HUSNUL KHATIMAH DAN SU’UL KHATIMAH
Bab ini menjelaskan tentang husnul khatimah, tanda-tanda husnul khatimah, su’ul khatimah, sebab dan tanda-tanda su’ul khatimah.
BAB IV PENUTUP
Bab ini adalah bab yang penting akhir dari bab-bab yang diatas, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran berupa kesimpulan dicantumkan daftar pustaka yang dijadikan sumber penutup karya tulis ini.



BAB II
HAKEKAT MATI YANG SEBENARNYA

A.    Definisi Kematian
Menurut kamus lusan al-arab, kata maut diartikan diam, padam, tenang, tak bergerak. Sebagaimana kehidupan bermula ketika ruh ditupkan ke jasad, maka kematian terjadi ketika ruh terpisah dari badan.[1]
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Imran ayat : 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ (العمران : 185 )
setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian”
Mati adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, perpisahan antara keduanya yaitu pergantian dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Pada dasarnya mati itu bukanlah kehancuran atau kehilangan sepenuhnya akan tetapi masih ada kelanjutannya yaitu akan dilanjutkan dengan kehidupan diakhirat.
Banyak orang yang menganggap bahwa kematian merupakan suatu hal yang sangat mengerikan dan menakutkan tetapi tanpa disadari dibalik semuanya itu terdapat keistimewaan-keistimewaan yang sangat besar sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Kebaikan orang mukmin adalah mati”
Maksudnya adalah dengan sebab kematian seorang mukmin akan mendapatkan pahala karena dia bersbar dalam menerima penderitaan dan kesakitan menjelang kematian yang akan dihadapinya.
Kematian adalah sebuah keniscayaan tidak satupun jiwa yang mampu menghindarinya sedikit sekali orang yang mau menerimanya. Semuanya merasa berat berpisah dengan kehidupan dunia ini. Semuanya berkata dalam hatinya seperti apa yang diucapkan oleh Chairal Anwar, “Akan ingin hidup seribu tahun senuanya ingin hidup terus[2], seperti kata Al-Qur’an dalam sura Al-Baqaraah ayat 96 :
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصُ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُّعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (البقرة : 96 )
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS.ِAl-Baqarah : 96)
Bahkan tidak hanya seribu tahun mungkin hidup kekal selamanya di alam dunia ini.
Peristiwa akan kematian pasti akan terjadi pada seseorang, tidak peduli kapan dan dimana tempatnya, jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka dia pasti akan menjalankan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, suka taupun tidak suka ia pasti akan mati. Jika sudah begitu apapun yang dimilkinya baik berupa harta benda, pangkat dan jabatan, anak-anak dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolongnya dari kematian kecuali amal perbuatannya selama berada di dunia.
Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Tidak ada seorangpun yng mampu menolak datangnya kematian, meskipun ia bersembunyi dibalik tembok yang kuat ataupun menyusup kedalam lapang semut sekalipun.
Lematian itu pasti akan dialami oleh semua makhluk yang hidup didunia ini. Hal tersebut tidak yang hidup di dunia ini. Hal tersebut tidak dapat dimungkiri oleh setiap makhluk hidup karena hal tersebut sudah menjadi takdir (ketetapan) dari Allah SWT. Mengenai kapankah datangnya kematian itu tak satu makhlukpun yang mengetahuinya dan juga tidak diberi tahu, karena hal tersebut adalah merupakan salah satu rahasia dari Allah SWT, hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan seseorang itu mati, ruhnya dicabut dari badannya apakah ia dicabut pada waktu sudah usia tua, semua itu hanya Allah sajalah yang mengetahui tentang datangnya kematian.[3]
Ketika seseorang dicabut nyawanya oleh malaikat izrail sang pencabut nyawa disisi kanan dan kirinya terdapat malaikat lain yang turut menunggunya, ketika ruh telah ditarik dari jasadnya dan ia termasuk dalam golongan orang yang berbahagia (husnul khatimah) maka malaikat rahmat yang berada disebelah kanan jasadnya akan memanggilnya sedangkan apabila termasuk golngan orang yang celaka (su’ul khatimah) maka malaikat azab yang berada disebelah kiri akan memanggilnya.
Mati adalah terpisahnya ruh dengan jasad untuk jangka waktu tertentu, dikatakan untuk jangka waktu tertentu karena kelak pada hari kebangkitan ruh dan jasad tersebut akan menyatu kembali, sedangkan menurut kedokteran atau medis, mati adalah berhentinya aktivitas jantung (denyat jantung). Jantung yang dianggap sebagai alat yang menentukan hidup dan matinya secara otomatis akan diikuti oleh berhentinya semua aktivitas organ tubuh.
Makna perpisahan antara badan dan ruh adalah ruh tidak lagi berpengaruh pada badan dan badan tak telat lagi terhadap ruh. Anggota badan adalah alat bagi ruh, sehingga ruh memukul dengan tangan, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata dan mengerti hakekat berbagai hal dengan hati. Hati merupakan kata lain dari ruh, sehingga ruh mengetahui banyak hal tanpa alat. Oleh sebb itulah terkadang ruh merasakan kesakitan atau kepedihan dan merasakan kenikmatan karena adanya kegembiraan, semua itu tidak berhubungan dengan anggota badan sama sekali, maka apa saja yang merupkn sifat ruh sendiri masih tetap ada meskipun telah terpisah dari jasad. Sebaliknya apa saja yang merupakn sifat ruh sehubungan dengan jasad akan sirna begitu terpisah sampai dikembalikan ke jasad kembali.[4]
Pada dasarnya mati tidak ada hubungannya dengan lama atau tidaknya seseorang hidup di dunia umur tidak bisa dijadikan sebagai ukuran akan datangnya ajal. Dengan demikian, peringatan mati sesungguhnya tidak hanya untuk makhluk yang sudah berumur tua namun lain dari itu juga ditujukan kepada mereka yang masih muda.
B.     Sakarat Al-Maut
Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dan Para Ulama lain menjelaskan bahwa istilah sakaratul maut diambil dari kata dasar “sakara” yang berarti mabuk atau kehilangan akal. Dalam bahasa Arab, kata “sakara” paling banyak digunakan untuk makna mabuk karena meminum minuman keraas, terkadang juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk, rasa sakit dan pingsan karena beratnya rasa sakit.
Pingsan karena beratnya rasa sakit inilah yang dimaksud dengan sakarat maut. Detik-detik menegangkan saat nyawa akan dikeluarkan oleh malaikat maut dari jasad seorang hamba dinamakan sakaratul maut, karena pada saat itu orang yang mengalaminya berada dalam keadaan setengah sadar dan setengah pingsan, ia tidak berada di alam dunia pun belum sepenuhnya memasuki alam akhirat.[5]
Sakaratul maut merupakan gambaran tentang sakitnya badan dan ruh yang akan dicabut, sakitnya sakaratul maut melebihi ditusuk pedang, melebihi digergaji, melebihi dipotong-potong, melebihi ditinggal sang kekasih, melebihi ditinggal seluruh keluarga. Sakaratul maut yaitu bersatunya seluruh penderitaan bdan dan jiwa, maka orang yang sedang mmenghadapi sakaratul maut sudah tidak bisa merintih atau menjerit seperti ketika ia masih hidup.
Sesungguhnya ada beberapa keadaan yang dirasakan seseorang ketika sedang menghadapi sakaratul maut. Bagi orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT karena ibadah dan amal baiknya, maka ia benar-benar menyadari bahwa dirinya telah berada diujung kehidupan, sehingga beberapa hari menjelang kematiannya dia melakukan persiapan dan mencari bekal sebanyak-banyaknya.
Ketika kematiannya telah dekat, yaitu kematian dunia, maka pada saat ini ada empat malaikat yang dating padanya yaitu seorang malaikat mencabut nyawanya dari kaki sebelah kanan, seorang malaikat mencabut nyawanya dari kaki sebelah kiri, seorang malaikat mencabut nyawanya dari tangan kanan dan seorang malaikat yang mencabut nyawanya dari angan kirinya.[6]
Saat seseorang akan berpisah dengan dunia dan memasuki alam keabadian yaitu alm akhirat, maka dia akan mengalami saat-saat kritis yang sangat menyakitkan yang sering disebut dengan sakaratul maut. Rasa sakit yang dialaminya tersebut melebihi seluruh rasa sakit yang pernah dia alami sebelumnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Sakaratul Maut itu sakitnya sama dengan tiga ratus pedang”. (HR. Tirmidzi).
Proses sakaratul maut itu bisa memakai waktu yang berbeda-beda bagi setiap orang,tidak bisa dihitung dengan ukuran deik maupun menit. Rasa sakit sakaratul maut yang dirasakan seseorang berbeda-beda pula karena tergantung dengan tingkat keimanan seseorang atau kedzalimannya selama masih hidup di dunia.
Cara malaikat izrail mencabut nyawa seseorang tergantung amal perbuatannya selama di dunia. Apabila orang yang meninggal itu durhaka kepada Allah SWT, maka malaikat izrail mencabut nyawanya dengan wajah yang seram dan kasar.
Sebaliknya dalam mncabut nyawa orang-orang yang saleh, malaikat izrail melakukannya dengan lemah lembut dan dengan sangat hati-hati, akan tetapi bagaimanapun lembutnya peristiwa sakaratul maut tetap eramat menyakitkan.
Gambaran wjah seram izrail ketika mencabut nyawa orang-orang yang dzalim tertulis dalam kitab Al-Qur’an :
وَلَوْتَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلاَئِكَةُ بَاسِطُوا أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ  (الأنعام  : 93 )     
Alangkah dahsyatnya sekiranykamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalan tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’aam : 93)
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim, diriwayatkan sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Ajarilah (bimbinglah) orang-0rang yang akan mati (dalam keadaan sekarat) di antara kalian dengan,  لاإله إلا الله dengan demikian, maka talqin (membimbing dan mengajari mayat adalah seunnah yang diperintahkan).
Apabila ada mayat yang mengeluarkan air liur atau lender dari mulutnya, keua bibir mengerut (menyusut), raut mukanya muram kehitam-hitaman, kedua matanya membiru, maka perlu diketahui bahwa yang demikian itu Karen ia telah mengetahui sesungguhnya dirinya termasuk orang yang celaka. Benar-benar telah terbuka baginya mengeani hakekat kecelakaan dirinya di akhirat.
Tetapi apabila seorang mayat tersebut yang kedua bibirnya merenggang atau merekah seakan-akan tersenyum, wajahnya berseri-seri, kedua matanya terbuka, maka perlu dikeahui bahwa yang demikian itu karena ia telah diberi kabar gembira dengan kebahagiaan yang bakal ia dapatkan di akhirat.[7]
Berat atau sakitnya sakaratul maut tidak ad yang bisa mengetahuniya kecuali yang pernah merasakannya atau dengan melihat orang yang sedang merasakan sakitnya sakaratul maut. Dan saat sakaratul mautnya, malaikat akan menunjukkan kepadanya surge yang akan menjadi rumahnya kelak diakhirat dan berkata kepadanya, “Bergembiralah wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, dan bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap saja, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakn jenazah tersebut dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Al-Ghazali mengutip Atsar Al-Hasan).[8]
Orang-orang yang beriman akan merasakan berat dan sakitnya sakaratul maut terlebih lagi orang-orang yang tidak beriman, rasa sakit yang mereka alami saat menghadapi sakaratul maut sangatlah berat. Hanya orang-orang yang mati syahid yang akan selamat dari rasa sakit saat menghadapi sakaratul maut.
C.     Bekal Menghadapi Kematian
Kehidupan manusia di dunia sangatlah singkat. Usia yng sangt singkat tersebut merupakan modal utama untuk menjalankan tugas hidup yaitu beribadh dan taat kepada Allah. Beribadh kepada Allah adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Umur manusia sangatlah terbatas, sementara kewajiban yang harus dilakukan sangatlh banyak. Hal ini menuntut setiap orang untuk pandai-pandai memanfaatkan detk-detik usianya dalam rangka menjalankan kewajiban-kewajiban yang telha ditetapkan pada dirinya. Setiap orang harus waspada, jangan sampai umurnya banyak terbuang sia-sia untuk hal-hl yang tidak terbuang sia-sia untuk hl-hal yang tidak bernilai pahala.
Setiap orang yang ingin bepergin tentunya mempersiapkan segala hal yang kemungkinan dibutuhkannya dalam masa be[ergiannya itu, begitu pula dengan yang namany kematian, sebelum kematian itu menjemput tentuny harus kita persiapkan perbekaln agar apabila kematian itu telah benar-benar menjemput kita sudah benar-benar siap.
Kematian adalah merupakan perkara yang hebat, sebab yang namanya makhluk hidup pasti akan mengalami yang namanya kematian dan mati bukanlah akhir dari kehidupan ini tetapi mati adalah merupakan jembatan untuk menunju kea lam yang kekal abadi (akhirat).
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ (العمران : 185 )
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Al Imraan :185)
Apabila pada masa hidupnya ia senantiasa memperbanyak amal kebaikan atau ia senantiasa mengerjakan amalan-amaln yang diridhoi oleh Allah, maka di hari akhir kelak ia akan mendapat kebahagian dan kesenangan yang kekal abadi yaitu surge dan sebaliknya apabila pada masa hidupnya senantiasa memperbanyak amal keburukan atu mengerjakan amalan-malan yang dilaknat oleh Allah. Maka dihari akhir kelak ia akan mendapatkan penderitaan dan kesengsaraan yang kekal abadi pula yaitu neraka.
Karena kematian adalah sebuah kepastian dalam setiap kehidupan, maka yang perlu dilakukan saat hidup sebenarnya hanyalah mencari bekal untuk menghadpi kehidupan sesudah mati.
Kesuksesan seorang hamba dalam meraih rahmat, ridho dan ampunan Allah sangat tergantung kepada kepandaianya dalam memaksimalkan usianya, semakin pandai dan rajin ia menggunakan usianya dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi lrangan-larangan Allah, semakin besar pula harapannya untuk meraih rahmat, ridho dan ampunan Allah.
Sebaliknya, semakin banyak waktunya terbuang untuk hal-hal yang merugikan diri sendiri, terlebih bila dimanfaatkan untuk hal-hal yang dimakruhkan dan diharamkan, maka  semakin Nampak pula bhwa ia termasuk golongan yang terhalang dari mendapatkan rahmat, ridho dan ampunan Allah.
Oleh karena itu Rasulullah mengingatkn umtnya untuk memaksimalkan kesempatan untuk beramal sebelum dating halangan-halangan yang membuatnya sulit dan berat untuk beramal.[9]
Setiap manusia mempunyai lima bekal yng harus dipergunakan sebaik mungkin dalam rangka mencari bekal yang terbaik untuk menghadap Allah SWT kelak, kelima bekal tersebut adalah masa sehat, usia muda, kaya, waktu luang dan masa hidup. Kelima bekal ini harus harus dimaksimalkan dalam rangka menumbuhkan, menyuburkan dan meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh sebagai bekal untuk memasuki alam akhirat.[10]
Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah SWT.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى  ( البقرة : 197 )
“Persiapkanlah bekal dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (QS. Al-Baqarah : 197)
D.    Keutamaan Mengingat Kematian
Kematian adalah hl yang menakutkan, sebagian dari umat manusia banyak yang melupakan tentang kematian apalagi memikirkannya, orang yang ingat tentang mati, maka hatinya disibukkan dengan hal-hal yang akan membawanya terhadap kematian, hatinya sibuk dengan berdzikir kepada Allah, sibuk dengan ibadah, karena ketakutannya terhadap kematian.
Mengingat-ingat kematian itu tidak cukup hanya diucapkan dibibir saja, akan tetapi harus dibarengi dengan suatu tindakan atau perbuatan yang mengaruh terhadap hal tersebut. Tidak ada sedikit wktu yang terbuang sia-sia kecuali hanya untuk mengingat Allah dan datangnya kematian. Orang yang mengingt mati senantiasa rajin dan giat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan juga senantiasa meninggalkan segala larangan-Nya, tidak mengenal waktu kapan dan dimanapun ia berada, itulah yang sesungguhnya dinamakan ingat akan kematian.
Adapun orang kafir atau orang yang terjerumus tidak akan ingat tentang kematian. Apabila dia dingatkan akan kematian, maka dia ingt kesedihannya karena duni dan kekurangan harta benda, orang seperti ini akan bertambah jauh dari Allah jika ingat tentang kematian.
Sedangkan orang yang bertaubat akan memperbanyak ingat kematian agar di dalam hatinya timbul rasa takut kepada Allah, sehingga dia benar-benar bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha, terkadang ia takut akan datangnya maut karena belum sempat menyempurnakan taubatnya ataupun belumsiap bekal, orang seperti ini dibenarkan dalam membenci datangnya kematian dan tidak termasuk dalam sabda Nabi SAW :
من كره لقاء الله كره الله لقاءه
“Barang siapa benci dengan Allah, Maka Allah benci bertemu dengannya”. (HR. Bukhari Muslim)[11]
Manusia tidak mengetahui halangan, Apakah yang akan membawanya kepada kematian ? manusia seringkali lupa akan mengingat kematian karena pikiran dan segala usahanya hanya tertuju untuk meraih angan-angnnya yang indah-indah. Oleh karena itu Rasulullah memerinahkan umatnya untuk banyak mengingat perusak segala nikmat dan penghancur segala angan-angan yaitu kematian, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist :
اكثروا ذكرهادم اللذات يعنى الموت
“Perbanyaklah oleh kalin mengingat perusak kenikamatan yaitu kematian”.
Orang yang paling banyak mengingat mati dianggap oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang paling pintar dan yang paling cerdas diatas permukaan bumi ini, karena orang yang banyak mengingat mati itulah yang paling lengkap persediaan atau perbekaln untuk menghadapi kematian sehingga dialah yang mendapat kemulian di dunia dan di hari akhir kelak.
Dalam suatu riwayat diceritakan “Berkata Ibnu Umar ra, : pada suatu hari aku dating untuk menjumpai Rasulullah SAW yang pada waktu itu Rasuullah SAW sedang berada ditengah-tengah para sahabat beliau yang terkemuka, tiba-tiba salah seorang dari sahabt anshor berdiri dan bertanya kepada Rasulullah SAW “Ya Rasulullah, Siapakah manusia yang paling pintar dan Siapakah yang paling cerdas otaknya”? kemudian Rasulullah SAW menjawab, : yang pling cerdas dan yang paling pintar adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling banyak membawa bekal untuk menghadapi mati”.
Dari hadist-hadist Rasulullah SAW diatas, maka jelaslah bahwa orang yang senantiasa mengingat akan datangnya kematian itu akan selalu membekali dirinya dengan amal ma’ruf nahi mungkar atau amal-amal kebajikan dan tentunya pada diri masing-masing harus ditanamkan keimanan yang kuat sehingga kita mendapatkan kecerdasan otak, perpandangan jauh dan luas dalam berfikir, mencapai ketinggian derajat di dunia dan di akhirat, kenikmatan dunia dan di akhirat.
Karena sebenarnya cahaya keimanan itu jika sungguh-sungguh telah melekat pada lubuk hati masing-masing, kita akan terhapus dari lima macam kotoran bagi manusia yang hidup di muka bumi ini,yang diantaranya adalah : terlepas kebodohannya, terlepas kekejiannya, terlepas kemaksiatan, terlepas dari tipu daya syeitan dan terlepas dari api neraka.[12]
Banyak mengingat kematian merupakan cara untuk mendapatkan kematian yang indah (husnul Khatimah). Menyebut-nyebut kematian ribuan kali sehari dengan lisan, bukanlah cara mengingat kematian secara benar.
Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kepada manusia bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik ketimbang kehidupan di dunia yang hanya sementara. Atas dasar ini Al-Qur’an juga mengingatkan agar manusia tidak mudah tergoda dengan gemerlapnya dunia dan diantara  salah satu cara supaya manusia tak tergoda akan keindahan dunia, Nabi SAW mengingatkan supaya kita sering-sering mengingat akan kematian, sebab dengan sering mengingat mati kita akan menjadi lebih sadar bahwa kehidupan di dunia hanyalah tempat persinggahan untuk menuju kepada kehidupan yang kekal abadi.



BAB III
HUSNUL KHATIMAH DAN SU’UL KHATIMAH


A.  Husnul Khatimah
Husnul khatimah berarti kesudahan yang baik, yakni kematian dalam keadaan imn kepada Allah, lawannya adalah su’ul khatimah. Kedua istilah ini tidak dikenal dalam Al-Qur’an, tetapi ada sekian banyak hadist yang mengarah pada maknanya.
Imam Muslim melalui Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang boleh jadi melakukan amal-amal penghuni surge dalam waktu yang lama tapi dia menutup amalnya dengan amalan penghuni neraka, demikian pula sebaliknya. Dalam konteks ini Nabi SAW bersabda :
إنماالأعمال بالخواتم
(HR. Bukhari melalui Sahl bin Sa’id)
Yakni amal seseorang dinilai sesuai akhir amalnya”
Yang amal pungkasannya adalah amal penghuni neraka, itulah yang matinya dinamai su’ul khatimah dan yang amal terakhirnya merupakan amalan penhuni surga, kematiannya dinamai husnul khatimah.[13]
Kematian akan terjadi pada setiap makhluk hidup, tidak peduli kapan dan dimanapun tempatnya, jika izrail sudah diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka izrailpun akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar mau ataupun tidak mau ia psti akan mati. Jika sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolong dari kematikan.
Tak perlu takut menghadapi kematian, sebaik-baiknya kematian bagi umat muslim adalah husnul khatimah, izrail dating dengan wajah yang berseri penuh ruh seseorang, ia mencabutnya dengan penuh kasih saying, sementara rasa sakit lantaran sakaratul maut yang menyakitkan itu terkalahkan oleh keindahan baying-bayang surgawi yang begitu indah, lalu orang itupun dapat memejamkan mata tersebut telah disambut oleh para bidadari sang penghuni surge, mati dengan cara seperti inilah yang disebut dengan husnul khatimah.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Dengan beramal shaleh, kita akan terhindar dari siksa kubur dan hanya dengan rahmat Allah SWT-lah kita bisa terhindar dari siksa api neraka.
Ada orang yang setiap hari menghabiskan hidupnya dengan ibadah dan mal sholeh, tetapi menjelang akhir hayatnya, dia menjadi hamba yang tersesat dan durhaka dan ada juga orang yang setiap hari menghabiskan hidupnya dengan bergelimang kemaksiatan, tapi diakhir haytnya, justru air matanya berlinang mengenang dosa, takut kepada-Nya, menjadi ahli taubat. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli surge, tetapi sebenarnya dia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya ada laki-laki yang tampak oleh manusia melakukan amal ahli neraka tetapi sebenarnya dia termasuk ahli surge”. (HR. Bukhari).
Diwaktu muda mereka menangis karena maut tidak memandang usia, sementara tanda-tandanya belum juga muncul hingga usia pun telah renta, tapi mereka menunggunya dengan ketaatan dan penuh kesbaran hingga meninggal dalam keadaan baik.
Malaikat maut bertanya, “Dalam keadaan bagaimanakah anda menginginkan kami mencabut nyawa anda ? “orang saleh itu menjawab, “Aku ingin berwudhu dan kemudian shalat, cabutlah nyawaku pada saat aku sujud kepada-Nya lalu malaikat mautpun mencabut nyawanya saat dia sedang sujud.
Sangat jauh berbeda dengan orang fasih. Malaikat maut tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepadanya untuk berbuat kebaikan, dia tidak peduli matinya seperti apa entah saat itu dia mati dalam keadaan sedang berdiri, berbaring, dikamar mandi, sedang asik bersenang-senang dengan pelacur (PSK), mabuk-mabukan dan sebagainya.[14]
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :
وَلاَيَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (الجمعة : 7 )
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahi akan orang-orang yang zalim. (QS. Al Jumu’ah : 7)
Kematian yang buruk (Su’ul khatimah) pasti ada sebab-sebabnya, maka kematian yang indah (husnul khatimah) pun ada kunci untuk meraihnya. Kunci untuk meraih kematian yang indah dan bahagia (husnul khatimah) adalah istiqomah dalam ketaatan kepada Allah.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ (الفصلت : 30 )
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:"Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fuhs Shilat : 30)
Sayrat dari istiqomah itu bukanlah seseorang tidak pernah lagi melakukan suatu dosa. Sesungguhnya makna utama dari istiqomah adalah seseorang senantiasa konsisten dalam ketaatan kepada Allah, sehingga ketika hatinya akan terjerumus dalam kemaksiatan atau hatinya telah tertutupi oleh kemaksiatan saat ia lupa, maka ia tidak akan terus menenggelmkan dirinya dalam dosa dan dosa itupun tidak akan menjadi jurang yang membuat dia tidak mampu lagi naik kepermukaan.
Akan tetapi ia justru segera kembali kepada tuhannya untuk membersihkan segala dosa-dosanya itu dengan bertaubat, beristigfarlah atau memohon ampunan kepada Allah, sehingga setelah taubatnya itu ia justru menjadi lebih baik dibandingkan sebelum ia melakukan dosa karena yang terjadi setelah melakukan dosa itu, hatinya justru semakin dipenuhi rasa penyesalan sehingga ketaatan kepada Allah semkin tniggi agar bisa menjadi pengganti aas dosa-dosa yang telah ia perbuat.
 Maka tak ada pilihan lain bagi kita untuk selalu menjadikan hidup ini taat kepada Allah, berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan perintah-Nya, agar kelak ketika ajal telah tiba, kita akan menggapai kematian husnul khatimah. Kematian yang menjadi awal dari kebahagiaan badi disisi Allah SWT.
B.  Tanda-Tanda Husnul Khatimah
Allah SWT telah menjadikan tanda-tanda dan cirri-ciri tertentu untuk kematian yang bahagia. Bila tanda dan cirri-ciri tersebut ada dalam proses kematian seseorang, maka dialah yang mendapatkan keridhoan Allah dengan kematian yang bahagia (husnul khatimah). Diantara tnda-tanda  dan cirri-ciri kematian yang bahgia adalah :
a.       Mengucapkan Kalimat Syahadat Ketika wafat
Anugrah terbesar dari Allah SW yang diberikankepada hamba-Nya yang dikehendaki untuk mendapatkan akhir hidup yang baik dan indah (husnul khatimah) adalah jika ucapan terakhirnya dalam kehidupan dunia adalah kalimat tauhid.
Rasulullah SAW telah bersabda :
من كان اخر كلا مه لاإله إلا الله دخل الجنة
“Barang Siapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa Ilaaha Illallah”, niscaya ia akan masuk surge. (HR. Abu Daud).[15]
b.      Ketika Wafat Dahinya Berkeringat
Ciri dan tanda lain dari orang yang meraih kematian yang bahagia (husnul khatimah) adalah keningnya berkeringat.
Rasulullah SAW bersabda :
“Matiya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya”. (HR. Ahmad, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Ath-Tayalusi dari Abdullah bin Mas’ud).
Dalam kitab Al-Tadzkirah, Imam Qurthubi menyebutkan beberapa penjelasan dan pendapat para ulama tentang “keringan yang membasahi Dahi” seorang mukmin ketika meniggal. Abdullah menjelaskan, “Sesungguhnya seorang mukmin yang masih tersisa pada dirinya kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya, maka akan dimunculkan ketika ia kan mati dan itu akan ditampakkan dari dirinya”.
Sebagian ulama yang lain mengatakan, “Keringat yang membasahi dahinya adalah disebabkan raja malu terhadap Allah akibat pengakuanny atas segala kesalahan yang diperbuat. Rasa malu itu ada pada kedua mata dan pada saat itulah rasa malu itu sangat terasa. Sedangkan orang kafir, mereka buta dan tidak lagi memiliki rasa malu itu. Sedangkan keringat itu akan muncul dari mereka yang mendapatkan rahmat, sebab tak ada seorang wali, sahabat atau orang baik, kecuali ia pasti akan mendapatkan kabar gembira dan kemuliaan dari-Nya.
c.       Mati Karena Penyalit Tertentu Seperti Kolera, Tuberculosis (TBC) dan Busng Perut
Rasulullah SAW bersabda, “Mati dijalan Allah SWT syahid dan perempuan yang mati ketika tengah melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena penyakit adalah syahid dan mati karena penyakit perut adalah syahid”. (HR. Thabrani)
d.      Perempuan Yang Mati Karena Melahirkan
Dari Ubadah bin Shamir a, bahwa Rasulullah SAW menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya, “Tahukah Kalian Siapa Syuhada dari umatku? “orang-orang ada yang menjawab, “Muslim yang mati terbunuh adalah syahid dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang menariknya dengan tali pusarnya ke surge”. (HR. Ahmad, Darimi, dan Ath-Tayalusi).
e.       Mati Karena Mempertahankan Harta Benda Dari Perampok
Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang mati karena mempertahankn hartanya adalah syahid”. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Abu Hurairah Meriwayatkan bahwa seorang laki-laki dating kepada Rasulullah SAW, smbil berkata, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila ada seseorang yang dating dan akan merampas hartaku, beliau menkawab, Jangan engkau berikan”, ia berkata, “Bagaimana kalau ia membunuhku? Beliau menjwab, “engkau mati syahid, orang itu bertanya lagi, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya? Beliau menjawab, “ia masuk neraka”. (HR. Imam Mulim, Nasai dan Ahmad)
f.       Mati Membela Agama dan Jiwa
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela kelurganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dalam rangka membela agama (keyakinannya) maka ia mati syahid dan barang siapa saja yang mati mempertahankan darah (jiwanya) maka ia mati syahid”. (HR. Abu Daud, Nasai, Tirmidzi dan Ahmad).[16]
Dalam hadist ini diterangkan bahwa orang yang meninggal karena membela dan mempertahankan hartanya, keluarganya, agama dan jiwanya termasuk dalam kategori syahid.
g.      Wafat Pad Malam Jum’at
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah seorang muslim wfat pad hari jum’at atau pada malam jum’at, kecuali Allah pasti akan menhindarkannya dari siksa kubur”.(HR. Ahmad)
Maksud hadist diatas adalah jika orang yang meninggal pada hari jum’at tersebut adalah orang shaleh yang selalu beramal dan taat kepada Allah bukan orang kafir yang selalu berbuat maksiat. Artinya jika orang itu kafir dan durhaka kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, walaupun mati dihari jum’at, maka dia akan tetap mendapatkan siksa kubur.
h.      Mengerjakan Kebaikan Disisa Hidupnya Yang Terakhir
Diantara cirri dan tanda-tanda orang yang meraih kematian yang bahagia (husnul khatimah) yaitu selalu mengerjakan kebaikan selama masa hidupnya di dunia. Terlebih lagi jik mati dalam keadaan sedang melakukan ibadah seperti mati ketika sujud dan lain sebaginya.
i.        Mati Syahid
Wafat dalam keadaan syahid merupakan kemulian dan dijamin surge oleh Allah SWT.
Sabda Nabi SAW :
“Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu : diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya di dalam surge, dilindungi dari azab kubur dan terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari dan diperkenankan memberikan syafa’at bagi 70 orang kerabatnya”. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).[17]
Pada hakikatnya tidak ada azab bagi umat nabi Muhammad SAW, karena bagi mereka yang ada hanyalah rahmat Allah SWT, bagi kita dunia adalah tempat beramal dan tempat mencari bekal untuk dihari akhir kelak.
C.  Su’ul Khatimah
Sebagian ulama menyatakan bahwa su’ul khatimah tidak akan dialami seseorang selama amal-amalnya baik dan tulus kepada Allah SWT. Akhir yang buruk (su’ul khatimah) itu bisa terjadi bagi orang yang tidak tulus atau sering sekali melakukan dosa besar, walau pada wktu yang lain dalam perjalanan hidupnya ia melakukan amal-amal yang baik. Mereka itulah yang berhasil diperdaya oleh syetan pada detik-detik akhir hidup sehingga ia terjerumus dalam su’ul khatimah.
Sesungguhnya hti manusia itu berbolak-balik. Hati tidak dinamai qalbu yang secara harfiah berarti berbalik, kecuali karena dia berbolak-balik yang tidak selalu dapat berubah sekali senang dan sekali susah, sekali percaya dan dikali lain ingkar walau terhadap objek yang sama. Pembolak-balikan hati itu, tentu saja tidak dilakukan oleh Allah sewenang-wenng, tetapi melihat lubuk jiwa seseornag yang terdalam, melihat ketulusan dan keikhlasan, menilai riya dan pamrihnya karena itu manusia tidak boleh merasa yakin dengan amal-amalnya.
Allah SWT berpesan :

فَلاَ تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى ( النجم : 32 )
“Janganlah kamu menyarakan diri kamu suci, dia (Allah) yang mengetahui tentang siapa yang bertakwa”. (Qs. An-Najm : 32 )
Kehadiran ajal tidak diketahui oleh siapapun. Siapa tahu kehadirannya pada saat seseorag berada dalam lingkungan dosa, sehingga kematiannya tercatat sebagai su’ul khatimah.
Al-Qur’an al-karim mengabadikan dalam surat al-baqarah, pesan Nbai Ibrahim as kepada cucunya yang ditujukan juga kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya : “Sesungguhnya Allah telah memiliki agama ini bagi kamu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama.[18]
Makna dari ayat  diatas yaitu jangan meninggalkan agama Islam walau sesaatpun, sehingga dengan demikian, kematian pasti akan dating kepada setiap makhluk yang dikehendaki Allah, datangnya kematian tidak dapat diduga oleh siapapun. Jika diantara mereka meniggalkan ajaran ini walau dalam salah satu hidupnya, jangan-jangan sampai pada detik itu kematian datang merenggut nyawanya, sehingga mereka mati tidak dalam keadaan berserah diri kepada Allah, karena itu jangan sampai ada saat dalam hidup seseorang yang tidak disertai ajaran ini.
Syair Shadiq Hasan Khan berkata : “AKhir hidup yang buruk (su’ul khatimah) itu ada dua tingkatan, dimana tingkatan yang satu lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan yang satunya. Adapun tingkat kematian su’ul khatimah yang paling besar dan bahaya adalah jika saat seseorang itu mengalami dahsyatnya sakaratul maut, hatinya didominasi atau dibelenggu oleh keragu-raguan ataupun sikap pembangkangan kepada Allah, lalu ia dicabut nyawanya dalam keadaan seperti itu, segingga hijab (penghalang)pun membentang antara dirinya dengan Allah untuk selama-lamanya. Dan orang yang semacam ini selamanya ia akan jauh dari Allah dan mendapatkan siksa yang abadi.





[1]  Ahmad Zacky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila HUsnul Khatimah, (Yogyakarta : Mutiara Media, 2010)hal. 15
[2]  Ahmad ZAcky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila Husnul Khatimah, hal. 55
[3]  USt. Labib AZ, Bekal Menghadapi Kematian,(Surabaya : Mulia Jaya, 2003) hal.23
[4]  Imam Al-Ghazali, Konsep Hidup Sesudah Mati,(Bandung : Husaini, 2001) hal.170
[5]  Abdur Rahman Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur,(Boyolali : Az-Zahra, 2008) hal.61
[6]  Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati,(Surabaya : Amelia, 2003) hal.8
[7]  Imam Al-Ghazali, Kehidupan Sesudah Mati, hal. 14-15
[8]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah,(Samarinda : Jaya Media, 2010) hal.32
[9]  Abdur Rahmadn Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur, hal. 46
[10]  Abdurrahman Al-Wasithy, Dokumen Rahasia Alam Kubur, hal.51
[11]  Imam Al-Ghazali, Konsep Hidup Sesudah Mati, hal. 16
[12]  Ust. Labib Mz, Bekal Menghadapi Kematian, hal.17-18
[13]  M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah Kematian,(Jakarta : Lentera Hati, 2008) hal.77
[14]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah, hal. 10-11
[15]  Farid Manna, Anda Ingin Mati Seperti Apa,(Jakarta : Al-Mawardi, 2008) hal. 86
[16]  Ahmad Zacky El-Shafa, Jangan Takut Mati Bila Husnul Khatimah, hal.110-116
[17]  Jaffar Siddiq, Husnul Khatimah, hl.16
[18]  M.Qurais Shihab, Kehidupan Setelah Kematian, hal. 78